JAKARTA (Panjimas.com) – Meski ulama sudah mengalah untuk mengikuti aturan agar tidak melakukan aksi Long March dari Bunderan HI menuju Monas, namun Kapolri tetap melarang umat Islam yang ingin melakukan dzikir dan tausyiah di Masjid Istiqlal, Sabtu, 11 Februari besok. Karena dianggap bermuatan politik.
Kesepakatan bahwa aksi akan berlangsung di Masjid Istiqlal disampaikan oleh Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab usai pertemuan dengan Menkopolhukam Wiranto dengan pemimpin GNPF MUI lainnya, Kamis (09/02).
“Mengingat suhu politik menjelang pilkada di DKI Jakarta ini makin memanas, kemudian adanya gerakan-gerakan yang kami khawatir menjadi provokasi yang tidak sehat dan bisa menimbulkan chaos atau kerusuhan. Terlebih, pada hari tersebut ada dua paslon yang akan melakukan kampanye terakhir, dan mengerahkan massa yang cukup besar. Jadi kami tidak mau terjebak dalam kampanye yang sedang dilakukan,” kata Habib Rizieq.
Dalam jumpa pers, Jumat (10/2), Kapolri Jenderal Tito Karnavian, (didampingi Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Mochamad Iriawan, serta Pangdam Jaya Mayjen Teddy Laksmana), meminta FPI, FUI dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI tidak menggunakan acara doa bersama di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (11/02) untuk kegiatan politik.
Tito Karnavian menegaskan, “Masjid Istiqlal bukan untuk kegiatan politik meskipun dengan bungkus keagamaan. “Dan, kalau itu dilaksanakan, Polri didukung oleh TNI akan melakukan tindakan tegas,” kata Tito seraya menyebutkan aturan hukumnya.
Tito mengancam umat Islam yang hadir untuk tidak melakukan aksi unjuk rasa di luar masjid Istiqlal, seperti yang menjadi kesepakatan kelompok itu dalam pertemuan dengan Menkopolhukam, Kamis (09/02).
Kapolri juga mengatakan penyelenggara acara doa bersama di Istiqlal tidak perlu mengundang masyarakat dari luar Jakarta. Hal ini dia tekankan karena pihaknya sudah menerima informasi bahwa massa dari luar kota telah dimobilisasi untuk datang ke acara tersebut.
“Kalau mau beribadah, silakan beribadah. Tapi jangan akal-akalan sengaja mau tumpah ke jalanan dalam rangka untuk memberikan kesan provokatif,” kata Tito.
Seperti diberitakan sebelumnya, setelah dilarang polisi menggelar aksi turun ke jalan, pimpinan FPI, FUI dan GNPF-MUI menyatakan akan menggelar dzikir dan tausyiah di dalam masjid Iqtiqlal.
Jenderal Tito berharap dalam tausiah besok tidak diselipkan pesan-pesan politik. Mengingatkan umat Islam tentang Surat Al Maidah, kata Tito, boleh-boleh saja. Namun jangan sampai kemudian memprovokasi dan menjelek-jelekkan orang lain sehingga berujung pada kampanye hitam.
“Kalau seandainya ini kegiatannya untuk ibadah saja, mengingatkan katakanlah Al Maidah fine-fine saja. Tapi kalau kemudian nanti sampai menohok memprovokatif kemudian menjelekan orang-orang lain sehingga menjadi kampanye hitam ini juga pendapat saya kurang etis di tengah demokrasi,” kata Tito saat menggelar konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, jalan Jenderal Soedirman, Jakarta, Jumat (10/2/2017).
Tito benar-benar berharap kegiatan Sabtu pagi besok benar-benar dilakukan dengan spirit ibadah. Berdzikir, salat dhuha dan mendengarka tausiah.
“Jangan nanti spirit ibadah sedikit, kemudian tausiah tahu tahu lebih banyak orasi politik, kemudian jelekkan orang lain itu gak boleh. Pendapat saya kurang etis, baik dari sisi demokrasi dan etika keagamaan,” papar Tito.
Sementara itu, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan dirinya menerima “protes” dari sejumlah ulama dan habaib yang memprotes acara di Istiqlal karena disebut sebagai kegiatan “ulama”. Gatot tidak menjelaskan lebih lanjut siapa ulama dan habaib yang dimaksudkannya.
Panglima TNI menegaskan bahwa dirinya sudah memerintahkan satuan dibawahnya untuk mendukung penuh kepolisian dalam mengamankan persiapan keamanan pemilu. (desastian)