ZAMBOANGA CITY (Panjimas.com) – Di tengah upaya-upaya merajut harapan dimulainya kembali pembicaraan perdamaian di Filipina, Presiden Rodrigo Duterte pada Ahad (05/02) menyatakan bahwa mulai saat ini juga, dirinya akan memerangi anggota “teroris komunis Filipina”.
Rodrigo Duterte juga memerintahkan Angkatan Bersenjata Filipina untuk mempersiapkan perang panjang demi memberangus antek-antek komunisme.
“Mulai sekarang saya akan mempertimbangkan CPP-NPA-NDF sebagai kelompok teroris,” tegas Duterte saat berbicara menyusul tewasnya tiga tentara Filipina di Mindanao Utara dalam penyergapan oleh pemberontak NPA, demikian menurut media lokal, mengutip laporan koresponden Anadolu.
Akronim [CPP-NPA-NDF] mengacu pada Partai Komunis Filipina, Tentara Rakyat Baru, dan Front Demokratik Nasional.
Pengumuman Duterte itu segera menghentikan perundingan perdamaian pemerintah dengan faksi komunis Filipina.
Presiden Duterte berwenang untuk mengembalikan tahanan politik NDF yang menghadiri pembicaraan perundingan perdamaian baru-baru ini di Norwegia dan Roma, untuk kembali dipenjarakan.
Tahun lalu, Departemen Luar Negeri AS telah memasukkan Partai Komunis Filipina dan sayap bersenjatanya (NPA), dalam daftar organisasi teroris asing.
Kebijakan “pemenjaraan kembali” Duterte kepada para tahanan politik yang bebas, dilakukan setelah dirinya mengakhiri gencatan senjata dengan pemberontak Tentara Rakyat Baru yang sebelumnya menewaskan tujuh tentara dan menangkap tiga personil militer Filipina lainnya.
Duterte, pada hari Sabtu (04/02) menjelaskan bahwa dengan penangguhan pembicaraan damai, putusan amnesti negosiator NDF akan dicabut.
Lebih lanjut Duterte mengatakan, “Mereka berada di daftar orang-orang yang diburu, jadi saya akan membatalkan paspor mereka.”
Duterte menekankan setiap amnesti bisa datang hanya setelah pembicaraan damai sukses dan bukan sebelumnya.
Pemerintah seharusnya melanjutkan pembicaraan perdamaian secara resmi dengan perwakilan NDF bulan April mendatang di Oslo, Norwegia.[IZ]