KUALA LUMPUR (Panjimas.com) – Malaysia pada hari Jumat (03/02) pekan lalu telah mengirimkan kapal bantuan kemanusiaan pertama yang membawa 2300 ton kebutuhan bagi Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine di Myanmar agar dapat membantu menyambung kehidupan minoritas Muslim yang teraniaya itu.
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak di Pelabuhan Klang menghadiri upacara pelepasan kapal bantuan kemanusiaan yang terdiri dari makanan, obat-obatan dan kebutuhan dasar lainnya di dekat ibukota Kuala Lumpur, Jumat (03/02).
Misi ini dapat terselenggara akibat andil 1Malaysia Club dan Organisasi Dewan Konsultasi Islam Malaysia dengan kerjasama dengan Turkiye Diyanet Vakfi Foundation, yang didukung oleh pemerintahan Presiden Turki, Reccep Tayyip Erdogan, mengutip laporan Anadolu.
Selain Malaysia, sembilan negara lainnya telah memberikan kontribusi untuk misi kemanusiaan ini, termasuk Perancis, China, Thailand, Indonesia, Kamboja, Jerman, AS dan Bangladesh.
Berbicara pada acara tersebut, PM Najib Razak mengatakan bahwa misi ini merupakan bukti kesatuan komunitas Muslim global, ketika datang panggilan untuk membantu saudaranya.
“Kami umat Islam, tidak bisa lagi menanggung penderitaan saudara dan saudari Muslim Rohingya kami, yang disiksa, diperkosa, dibakar hidup-hidup dan dibunuh,” tandasnya.
“Armada kemanusiaan ini adalah peristiwa yang sangat bersejarah bagi Malaysia, untuk dapat memimpin upaya kemanusiaan mulia ini,” pungkasnya.
Abdul Azeez Abdul Rahim, yang memimpin Armada Kapal Flotilla untuk misi Myanmar, mengatakan kepada wartawan bahwa kapal itu diperkirakan akan mencapai Yangon dalam lima sampai enam hari mendatang, tergantung pada kondisi cuaca.
Abdul Rahim mengatakan bantuan tersebut akan diserahkan kepada Menteri Kesejahteraan Sosial, Bantuan dan Pemukiman Myanmar, Win Myat Aye setibanya di Yangon, setelah itu bantuan akan dipasok kepada masyarakat Muslim Rohingya.
Kapal akan berlayar menuju Teknaf, Bangladesh, setelah bongkar muat di Yangon pada hari yang sama untuk memberikan bantuan kepada pengungsi Rohingya di negara itu, kata Rahim.
“Kami terdiri dari tim dengan 230 relawan dan aktivis dari berbagai organisasi non-pemerintah yang ambil bagian dari misi,” imbuhnya. [IZ]