ISTANBUL (Panjimas.com) – Ledakan bom menghantam ibukota Bahrain Manama Ahad pagi (05/01), tetapi insiden ini tidak menimbulkan korban, demikian menurut pernyataan Kementerian Dalam Negeri Bahrain.
Tidak ada korban luka yang dilaporkan dalam pemboman, serangan ini hanya merusak sejumlah mobil di pinggiran ibukota Manama, jelas Kemdagri Bahrain melalui akun Twitter, seperti dilansir Anadolu.
Kementerian Dalam Negeri Bahrain menyebut serangan bom di Manama itu sebagai tindakan “teroris”.
Belum ada klaim tanggung jawab atas ledakan itu
Ledakan bom Ahad pagi itu terjadi hanya sepekan setelah seorang petugas polisi Bahrain yang sedang tidak bertugas ditembak mati di Manama Barat.
Gejolak demonstrasi “Arab Spring” di Bahrain, dipimpin oleh mayoritas penganut Syiah Bahrain telah digagalkan oleh pemerintahan Sunni dengan bantuan dari negara tetangga sesama Teluk Arab, konflik ini memperdalam persaingan sektarian [Sunni-Syiah] di wilayah itu.
Pemerintah Kerajaan Bahrain menyalahkan Al-Wefaq, gerakan oposisi terbesar di Bahrain, yang terkait erat dengan pergolakan dan konspirasi makar, pemerintah Bahrain juga menuduh partai Syiah di Bahrain bergerak sesuai “agenda Iran”.
Al-Wefaq, membantah tuduhan itu, pihaknya mengatakan menginginkan pembentukan “pemerintahan konstitusional” di wilayah Kerajaan, negara teluk itu.
PTUN Bahrain Bekukan Asset Al Wefaq
Pengadilan Bahrain, pertengahan bulan Juli tahun lalu, memutuskan untuk membubarkan kelompok oposisi Syiah al-Wefaq serta melikuidasi dana kelompok Syiah itu, dilansir Reuters,
Dana kelompok Syiah al-Wefaq berdasarkan putusan Pengadilan Bahrain akan diklaim sebagai kas milik negara.
Koran al Wasat milik kubu oposisi Bahrain, melaporkan bahwa Pengadilan menemukan bahwa aktivitas politik kelompok Syiah al-Wefaq telah “menyimpang” ke arah aksi penghasutan untuk melakukan tindak kekerasan dan mendorong serta menggerakkan aksi demonstrasi dan sit-in (pendudukan tempat vital tertentu) yang dapat menyebabkan konflik sektarian, terutama antara Sunni dan Syiah.
Sebagaimana diketahui, mayoritas penduduk Bahrain adalah penganut Syiah tetapi pemerintahan dipimpin oleh kubu Islam Sunni, terutama yang berasal dari keluarga al-Khalifa yang saat ini berkuasa.
Putusan oleh PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara) kemudian diikuti dengan penutupan organisasi beserta kantor al-Wefaq pada bulan Juni lalu. Selain itu Otoritas Bahrain juga mencabut kewarganegaraan seorang pemimpin kelompok Syiah Bahrain.
“Berdasarkan putusan mendesak itu, Markas Besar dan Kantor Al Wefaq National Islamic Society akan ditutup dan semua dana milik mereka akan disita oleh Kementerian Kehakiman, Urusan Islam dan Wakaf Bahrain,” kata juru bicara pemerintah Bahrain dalam sebuah pernyataan bulan Juni lalu (14/06).
Pihak Pemerintah Bahrain juga menyatakan bahwa Al Wefaq National Islamic Society telah bekerjasama dalam skema operasi politik, agama dan negara asing”, ini mengacu pada rezim Syiah Iran.
Perwakilan Kementerian Kehakiman, Urusan Islam dan Wakaf Bahrain menyatakan bahwa sudah menjadi tanggung jawab utama pemerintah adalah untuk menjaga negara dan keamanan rakyatnya serta untuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi semua warga negara Bahrain.[IZ]