JAKARTA (Panjimas.com) – Tahukah, pembentukan karakter seorang muslim adalah ketika terbangun di keheningan malam untuk melaksanakan qiyamullail, kemudian dilanjutkan dengan shalat Subuh berjamaah di masjid. Itulah yang dilakukan Rasulullah Saw dan para sahabatnya.
“Pembentukan karakter diawali dengan shalat tahajud dan shalat Subuh berjamaah di masjid. Karena itu gerakan shalat Subuh berjamaah harus melekat di kalangan umat Islam. Terlebih, shalat Subuh disaksikan oleh Allah dan para malaikatnya.
Demikian dikatakan mantan Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Ustadz Syuhada Bahri kepada Panjimas di kantor Dewan Masjid Indonesia (DMI), Masjid Istiqlal, beberapa waktu yang lalu.
Syuhada Bahri memberi contoh, ketika Allah menjadi tempat bersandar, setiap mengambil keputusan politik atau apa saja selalu diawali dengan shalat Istikharah terlebih dahulu. “Itulah yang dilakukan Mohammad Natsir, teladan kita.
Gerakan shalat Subuh, lanjut Syuhada, hendaknya diarahkan pada peningkatan kualitas keimanan, bukan untuk membangkitkan emosi ataupun kebencian umat. “Saya berharap harus ada yang memandu umat menuju ketakwaan.”
Bicara dakwah di akhir zaman, tak sedikit tantangan yangdihadapi. Celaan, fitnah kerap diarahkan pada pendakwah. Bahkan di zaman Nabi pun, sampai diusir dari negerinya. “Tetap harus ada yang menyampaikan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Tapi, jangan amar ma’ruf , “nyambi” munkar.
Dikatakan Syuhada, pendakwah seperti Habib Rizieq Syihab itu harus ada. Bukankah sahabat Nabi, seperti Abubakar, Umar, Utsman, Ali memiliki gaya dan karakternya sendiri.
“Ketegasan Umar, misalnya tidak diubah oleh Nabi. Dalam kondisi apapun, akan ada kelompok pendakwah yang tidak takut dengan ancaman apapun, ia akan tetap berjihad dan berdakwah, tegakkan amar ma’ruf nahi munkar. (desastian)