JAKARTA (Panjimas.com) – Di era digital dan sosial media, diperlukan tuntunan dan panduan dari kalangan ulama maupun pendidik agar gadjet tidak disalahgunakan fungsinya. Mengingat setiap hari, berita hoax alias berita bohong dianggap hal biasa. Dibutuhkan kearifan dalam pemanfaatan dan penggunaannya.
Hal itu Pembina Pesantren Kreatif Ustadz Erick Yusuf kepada Panjimas sesuai “Grand launching Pesantgren Digital”, di Abuela Café, Culandak Town Square (Citos), Jakarta Selatan, belum lama ini (27/1).
“Berita hoax itu informasi yang menyesatkan alias tidak benar, bahkan cenderung fitnah. Begitu juga hadits, perlu dipahami, mana hadits yang shohih, hasan, maudhu, maupun dhoif. Karena diperlukan tuntunan ulama agar masyarakat bijak dalam menggunakan sosial media,” ujar Ustadz Erick.
Yang namanya berita hoax, kata Erick, harus tabayun lebih dulu tentang kebenarannya. Terlebih jika kabar yang tersebar di sosmed itu menyerang, menyudutkan dan membunuh karakter seseorang, boleh jadi tidak ia lakukan. Berita hoax itu masuk kategori ghibah, membuka aib, dan fitnah.
“Saya sangat mendukung sekali, rencana Majelis Ulama Indonsia yang dalam waktu dekat ini akan mengeluarkan fatwa terkait sosmed. Untuk sekarang ini, tuntunan ulama melalui fatwa yang dikeluarkan sangat diperlukan. Diharapkan, umat bijak dalam menggunakan sosmed,” ujar Erick.
Ustadz Erick yang memilih “dakwah kreatif “ini sangat menyayangkan jika sosmed dijadikan alat untuk memaki dan membunuh karekter ulama. Bahkan bukan hanya ulama, tapi siapapun dan dari kalangan manapun.
“Hati-hatilah, jempol kita akan dihisab di Hari Akhir kelak. Jika tidak suka dengan seseorang, jangan mengabarkan berita bohong, berkata kasar, memaki, dan membunuh karakternya. Umat harus bijak dalam bersosmed,” pesannya.
Pesantren Digital
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, diperlukan pembelajaran dan penguasaan yang matang tentang digital media dan teknologi oleh generasi muda. Diharapkan dapat menjawab tantangan dimasa depan. Tak terkecuali, semakin bijak dalam menggunakan sosial media.
Ustadz Erick Yusuf melalui Dompet iHAQI Peduli berinisiatif untuk membuat program pembelajaran digital media kepada anak-anak yatim dan dhuafa secara gratis, tetapi tetap tidak lepas dari pembelajaran agama. Akhirnya tercetus sebuah program yang disebut “Pesantren Digital”.
Pesantren Digital yang dimulai sejak awal Februari 2017 ini merupakan program khusus dari Dompet iHAQI Peduli (DIP) untuk memberikan pelatihan dasar mengenai digital media yang dikemas dalam wawasan keislaman kepada generasi muda.
Dalam program pesantren digital, mereka juga diberi materi mengenai pemahaman al Qur’an seperti hadits, fiqih, tahfidz, serta pengenal digital media, pemahaman sosmed dan pembelajaran mengenai ilmu retail.
“Sebelumnya IHAQI pernah menggelar Youth Spirit Movement. Bijak dalam bersosmed, bisa dijadikan sarana dakwah bagi dan bermanfaat bagi umat. Melalui dakwah budaya dan pesantren kreatif diharapkan dapat membangun generasi digital yang beriman, bertakwa, bertakwa dan kreatif,” harapnya. (desastian)