RAMALLAH (Panjimas.com) – Juru Bicara Kepresidenan Palestina, Nabil Abu Rudeineh menyatakan, “pertempuran politik utama selanjutnya, yang merupakan tantangan bagi dunia Arab dan masyarakat internasional, adalah untuk Yerusalem,”, pungkasnya.
“Yerusalem bagi Presiden Abbas adalah garis merah, tidak tawar-menawar atasnya, apakah sebagai bagian dari negara dengan perbatasan sementara, atau melalui konsesi yang dapat membahayakan keamanan nasional Palestina dan Arab,” tegasnya
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan Senin lalu (16/01) oleh kantor berita Palestina WAFA, Abu Rudeineh mengemukakan, “Setiap orang harus menganggap serius ancaman yang membawa ketidakstabilan dan kekacauan di wilayah tersebut (Yerusalem), dan karena itu harus memberikan prioritas untuk melakukan perlawanan, karena sejarah modern bukanlah diisi dengan permintaan maaf sejarah atau hak istimewa, karena nilai-nilai bersama harus menjadi prioritas dari periode sulit ini, dengan prestasi nasional untuk menjadi titik balik sejarah ke masa depan.”
Rudeineh menambahkan bahwa pencapaian Palestina baru-baru ini, telah membuktikan sekali lagi bahwa kebijakan Israel ini telah gagal dan mereka terisolasi dan bahwa sebab rakyat Palestina adalah menuntut keadilan.”
Abu Rudeineh mengacu pada penolakan secara bulat masyarakat internasional atas aktivitas pembangunan pemukiman ilegal Israel di tanah milik rakyat Palestina melalui pernyataan dari solusi dua negara yang datang dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 2334 tahun 2016, yang mengutuk permukiman ilegal Israel,
Selain itu juga dukungan luas internasional melalui pengibaran bendera Palestina di Kedutaan Palestina di Vatikan dan juga markas besar PBB.
Hal ini selain juga pada Konferensi Perdamaian Paris, yang menekankan resolusi internasional sebagai dasar mengenai perbatasan negara Palestina dan Yerusalem Timur, jelas juru bicara Presiden Mahmoud Abbas itu.[IZ]