BANJUL (Panjimas.com) – Presiden Gambia Yahya Jammeh, pada Sabtu pagi (21/01) akhirnya setuju untuk mengundurkan diri dari jabatannya setelah sebelumnya menolak karena menuding ada kecurangan dalam pilpres Gambia bulan Desember lalu.
Pernyataan pengunduran diri Jammeh ini disampaikan setelah banyaknya tekanan dan ancaman internasional serta rencana intervensi militer ke Gambia, bahkan ada sokongan Dewan Keamanan PBB.
Presiden Yahya Jammeh mengatakan dalam sebuah siaran nasional, bahwa dirinya tidak ingin ada pihak yang harus mati dalam memecahkan krisis politik Gambia, negara Republik Islam di Afrika Barat.
“Sebagai hasil dari banyaknya pengorbanan yang kami dan orang-orang sebelum kami, bagi bangsa, Gambia telah menegaskan keinginannya untuk menentukan masa depan dan takdirnya sendiri. Ini adalah tentu saja, saya selalu siap untuk mempertahankan dan bahkan dengan hidup saya,” imbuhnya, dikutip dari Anadolu.
Jammeh kalah dari pemimpin koalisi oposisi Adama Barrow dalam pemilu Desember lalu, tetapi Ia menolak hasil itu, satu minggu setelah penghitungan suara, Jammeh mengklaim proses pemilu tercemar dengan penyimpangan-penyimpangan yang tidak dapat diterima.
Pemimpin Kawasan Afrika Barat melakukan dua kunjungan kenegaraan ke Gambia dalam upaya untuk meyakinkan Jammeh untuk menyerahkan kekuasaan, namun upaya mereka belum berhasil.
Adama Barrow dilantik pada hari Kamis (19/01) di Kedutaan Gambia di Dakar, Senegal, di mana pasukan dimobilisasi oleh Masyarakat Ekonomi Negara Afrika Barat (ECOWAS), pasukan militer blok regional pun disiapkan untuk menggulingkan Yahya Jammeh jika ia terus menolak untuk turun dari jabatannya.
Sekitar 7.000 tentara ECOWAS telah siap untuk masuk melakukan intervensi militer ke Gambia, sejumlah analis meyakini 7.000 pasukan ECOWAS bisa dengan mudah mengalahkan pasukan keamanan Gambia dalam satu hari.
Seorang juru bicara Presiden Adama Barrow pada hari Jumat (20/01) mendesak Jammeh meninggalkan kantor untuk menghindari upaya intervensi militer.
Pada Jumat petang (20/01), Panglima Militer dan Kepala Polisi meminta 45.000 warga Gambia yang melarikan diri menuju Senegal untuk kembali, demikain menurut PBB. [IZ]