SOLO (Panjimas.com) – Kasus Sengketa Pendirian Rumah Sakit Siloam di Jl Honggowongso 139, Kratonan, Serengan, Solo, Jawa Tengah yang menyalahi izin HO masih diproses. Namun pasca ditangkapnya tokoh Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS), pembangunan proyek justru terus berjalan.
Warga Kratonan tidak bisa berbuat banyak, karena tidak tahu prosedur yang akan dilakukan untuk memprotes aktifitas proyek rumah sakit tersebut.
Usai mengisi kajian di masjid Baiturrohman Cemani, Grogol, Sukoharjo, Sekjen Komisi Nasional Anti Pemurtadan (KNAP), Ustadz Bernard Abdul Jabbar membenarkan jika RS Siloam adalah milik James Riyadi.
“Pembangunan Rumah Sakit Siloam sudah dicanangan James Riyadi. Ini diduga pola untuk mengkristenkan pasien yang berobat disana. Sehingga banyak sekali pelaksanaan pembangunan rumah sakit Siloam ini menuai protes dari masyarakat Islam karena memang bernuansa pemurtadan,” katanya pada Panjimas, ahad (15/1/2017).
Ustadz Bernard mencontohkan rencana pembangunan RS Siloam di Padang, Palembang dan kota lainnya yang banyak diprotes umat Islam. Kata dia, salah satu siasat licik Kristeniasai terselubung, yaitu bekerja sama dengan ormas Islam untuk memuluskan rencananya.
“Karena ditolak dimana-mana, sehingga akhirnya merangkul ormas Islam, yang kemarin mereka sudah menandatangani perjanjian Rumah sakit di pedesaan, daerah pelosok,” imbuhnya.
Jika RS Siloam di Solo harus terpaksa berdiri, Ustadz Bernard meminta umat Islam Solo Raya tidak berobat ke RS Siloam, meski gratis. Pesan dia, justru dengan fasilitas yang murah dan sarana yang komplit misi Kristenisasi gencar dilakukan.
“Maka Umat Islam harusnya menolak, di mana ada RS Siloam maka di situ ada nuansa pemurtadan. Inilah Kristenisasi gaya baru, terutama bagi pasien-pasien. Kalau itu dibangun juga rumah sakit maka umat Islam disarankan jangan datang ke rumah sakit tersebut, walaupun gratis,” pungkasnya. [SY]