SUKOHARJO (Panjimas.com) – Aksi Bela Islam yang digelar Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) menyisakan sebuah kisah tak terlupakan bagi Ustadz Bernard Abdul Jabbar.
Ustard Bernard saat menjadi salah satu orator dibarisan tokoh GNPF MUI, mendapatkan pengalaman hingga membuat dirinya menangis. Kedatangan beberapa orang Preman bertato ingin ikut serta dalam Aksi Bela Islam.
“Ada beberapa orang preman pak, yang bertato itu datengin saya. Ustadz, saya boleh ikut aksi, aksi apa saya bilang begitu. Saya mau bela Quran, lalu saya lihat nggak meyakinkan, tampangnya kagak meyakinkan pak. Orang bajunya kagak bener, tangan lehernya bertato, pakai anting di kupingnya dua, hidungnya dikasih colokkan,” katanya dihadapan ratusan jamaah, jumat (13/1/2017).
Kedatangan preman tersebut mengusik Ustadz Bernard untuk menanyakan motivasinya ingin ikut Aksi Bela Islam. Mendengar jawaban para preman itu ustadz Bernard ndak habis pikir bahwa ternyata iman sedikit bisa menggerakkan jiwa pelaku dosa karena kehendak Allah untuk membela kalam Allah.
“Apa motifasi anda hingga ingin ikut aksi ini, begini ustadz meski banyak orang menganggap kami ini preman, lu emang sudah preman, gak usah dianggap. Walalupun kami nggak shalat terus terang kami ini mabuk setiapsaat bikin onar, tapi walaupun kami nggak sholat, Quran kami ayat suci kami dihina sampai mati ustadz, kami akan bela. Wuih saya nggak habis pikir nih orang sedemikian rupa, ternyata masih memiliki jiwa keimanan walaupun sedikit,” ucapnya.
Ustadz Bernard terharu mendapat jawaban preman-preman itu, seorang pendosa mau membela kitab Al Quran. Sementara ada ustadz, ulama, kyai justru membela penista Al Quran.
“Hati saya menangis pak mendengar itu, dengan demikian kalau saya mati nanti ustadz, dosa-dosa saya bisa terhapus yang dulu-dulunya. MasyaAllah tambah saya meneteskan air mata, kemudian akhirnya tiga orang ini saya suruh kedepan. Sudah kamu kedepan mobil aja nanti kalau ada apa-apa kamu jadi bempernya, siap ustadz gitu,”
Hingga pagi harinya, Ustadz Bernard bertemu dengan preman tersebut. Betapa terkejutnya dia karena mereka masih berdiri didepan mobil orator sesuai perintahnya.
“Sampai pagi harinya, saya masih ketemu dia, kamu ada dimana, saya dari tadi didepan mobil disini. Kamu disitu terus, saya kan nggak bisa lihat satu persatu, akhirnya sampai dia pulang eh pada aksi 212 ketemu lagi nih orang,” tuturnya.
Namun kali ini, Ustadz Bernard bertemu kembali tiga orang preman pada aksi 212 dengan penampilan yang berbeda. Tidak ada anting, tidak ada colokan hidung, memakai peci putih, dengan celana cingkrang. [SY]