TEL AVIV (Panjimas.com) – Bunuh Diri menjadi penyebab terbanyak dari kematian tentara Israel, IDF (Israel Defence Force), sontak fakta mengejutkan ini menimbulkan berbagai pertanyaan. Selain tentara Israel, kasus bunuh diri juga marak terjadi di kalangan tentara AS dan Inggris, kebanyakan karena terganggunya kesehatan mental mereka dan stress berat pasca perang.
Beberapa waktu lalu, pejabat dari Direktorat Sumber Daya Manusia IDF mengungkapkan bahwa penyebab paling umum kematian di antara tentara Israel (IDF) pada 2016 adalah bunuh diri, mengutip laporan Times of Israel.
Statistik IDF yang dirilis pada hari Ahad (08/01) menunjukkan bahwa dari 41 tentara Israel yang tewas pada tahun 2016, 15 penyebab kematian adalah bunuh diri, dan semuanya adalah laki-laki.
Semua tentara yang melakukan bunuh diri adalah laki-laki. 12 dari mereka adalah tentara wajib militer, dua tentara karir dan satu tentara cadangan.
Empat tentara IDF lainnya tewas selama operasi militer, sementara sembilan tentara IDF lainnya tewas akibat kecelakaan, dan tujuh lainnya karena kecelakaan mobil saat bertugas. Sisanya enam personil IDF meregang nyawa akibat penyakit atau alasan-alasan medis lainnya.
Sementara itu, data lebih banyak menunjukkan tentara laki-laki melakukan bunuh diri daripada tentara perempuan, biasanya sekitar 90 persen dari tentara Israel yang memutuskan bunuh diri adalah tentara laki-laki, dan tidak ada kasus bunuh diri pada tentara perempuan dalam satu tahun berjalan, fakta ini dianggap oleh IDF sebagai suatu hal yang langka.
Laporan IDF tersebut juga menyatakan bahwa tidak ada minoritas Yahudi tertentu secara demografi, seperti Yahudi Ethiopia, yang membentuk persentase proporsional besar dalam kasus bunuh diri tentara Israel.
Jumlah tentara IDF yang bunuh diri tahun lalu sama dengan tahun 2015, dan kasus bunuh diri juga menjadi penyebab utama kematian tentara IDF.
Pada tahun 2014, jumlah tentara IDF yang menghilangkan nyawanya sendiri juga mencapai 15 jiwa, akan tetapi bunuh diri tidak menjadi penyebab utama kematian personel IDF di tahun 2014 itu.
Laporan resmi itu juga menyebutkan bahwa penduduk yang “lemah”, seperti imigran baru, tidak termasuk yang banyak melakukan bunuh diri, dan ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Pada 2015, tiga tentara IDF asal Ethiopia menghilangkan nyawanya sendiri.
Peristiwa bunuh diri di kalangan tentara Israel ini semakin marak, meskipun militer Israel telah melonggarkan peraturan yang melarang personelnya membawa pulang senjata api saat masa cuti panjang.
Laporan resmi IDF itu juga menyebutkan bahwa militer masih sangat ketat terhadap para personilnya yang membawa senjata pulang ke rumah. Hal itu tidak bisa dilakukan sesuka hati mereka.
Seorang pejabat militer mengatakan kepada Haaretz saat menanggapi maraknya kasus bunuh diri dengan berujar bahwa, “Tidak mungkin kami mengetahui setiap kasus yang terjadi sebelumnya, tetapi kami melakukan banyak hal untuk menangani masalah ini.”
Lebih lanjut Ia pun menjelaskan bahwa tentara (IDF) lebih rentan mengalami depresi selama liburan, dan karena itu para Komandan diminta agar memverifikasi keberadaan anak buahnya kala itu, khususnya mereka yang diketahui mengalami gangguan emosional.[IZ]