JAKARTA (Panjimas.com) – Sekelompok orang membawa senjata berpakaian adat Dayak melakukan penghadangan Ustadz Tengku Zulkarnain, Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, kamis (12/1/2017). Aksi tersebut terjadi di Bandara Sintang saat beliau hendak mengisi Tabligh Akbar di Kalimantan Barat.
Menanggapi kejadian tersebut, Sekjen MUI Pusat, Ustadz Anwar Abbas merasa kaget dan aneh. Dirinya mempertanyakan prosedur pengamanan sekelas Bandara yang ada di Sintang.
“Kok bisa yang menghadang itu sampai di pesawat, Bandara itu keamanannya harus bagus, kok sampai ditangga pesawat ada orang bawa senjata. Itu mencerminkan negara tanpa hukum,” ujarnya pada Panjimas.
Menurut Ustadz Anwar jika kelompok orang tersebut tidak setuju atas kedatangan MUI masih dianggap wajar. Tapi mereka membawa senjata tajam, hal ini kata dia, harusnya Polisi sudah bertindak.
“Kalau ada orang nggak setuju sah-sah saja, tapi kalau ada yang pakai senjata kok bisa masuk bagaimana itu. Hah, bagaimana itu, Bandara lho itu, ini berbahaya sekali, kepolisian bagaimana ini?” cetusnya.
Perilaku kelompok orang berpakaian Dayak dan bersenjata kemudian menghadang sambil mengancam, memperlihatkan sikap intoleran yang nyata. Ustadz Anwar menyoroti keamanan yang ada di lokasi kejadian.
“Sangat intoleran, sangat radikal. Di Bandara kan ada peraturan itu, ini janggal. Bandara, kalau Polisi nggak tahu bagi saya aneh aja ini, kemana Polisi, kemana pihak keamanan Bandara? Kalau demo kan wajar dijamin undang-undang, tapi kalau membawa senjata tajam?” ujarnya.
Ustadz Anwar menilai seharusnya Polisi tanpa diperintah pun sudah bertindak, sebagai petugas keamanan.
“Bukan ditindak lagi, tanpa diingatkanpun itu sudah ditindak itu, memang tugas Polisi menindak peraturan. Apakah Polisi ndak berdaya dengan mereka,” pungkasnya. [sy]