JAKARTA (Panjimas.com) – Kampanye Anti Hoax yang saat ini sedang digencar-gencarkan, seakan hanya menyasar pada media-media Islam saja. Menanggapi hal itu, aktivis muda Muhammadiyah, Mustofa Nahrawardaya, menilai hal ini bisa jadi terkait dengan operasi intelijen “False Flag Operation” atau operasi bendera palsu.
“Kalau kita bahasanya fitnah, karena ini bahasa intelijen jadi meminjam bendera pihak lain seolah ini bendera musuhnya. Supaya perang itu terkesan memusuhi musuhnya, maka sebuah negara itu memasang kapalnya sendiri kemudian dipasangi bendera musuh , dulu begitu,” katanya pada Panjimas.com, Kamis (12/1/2017).
Website tertentu yang dituduh menyebar berita hoax, kata Mustofa sangat berpotensi ditunggangi kelompok lain yang tidak suka. Mustofa melihatnya dari cara pemblokiran website tersebut, dengan dipukul rata dulu.
“Ini sangat berpotensi ditunggangi False Flag Operation, website yang kasar, website yang hoax, bisa jadi yang membuat bukan pemilik website. Tetapi kemudian pemerintah menyalahkan pemilik website. Kemudian dilancarkanlah operasi untuk memberantas semua website bernuansa hoax,” ujar anggota Majelis Pustaka Islam (MPI) PP Muhammadiyah itu.
Mustofa menambahkan bahwa website yang diblokir dengan tuduhan penyebar berita hoax, dengan alasan belum berbadan hukum, dekat dengan terorisme dan alasan lainnya, bisa saja bikinan inisiator pembuat kampanye anti hoax.
“Jadi sebenarnya alasan-alasanitu, bisa saja, sekali lagi saya katakan, bisa saja dibikin oleh inisiator yang meluncurkan kampanye anti hoax, bisa saja. Atau bisa jadi dilakukan oleh mitra-mitra mereka yang diuntungkan dengan adanya penutupan website-website yang hoax,” tandasnya.
Seperti kasus pemblokiran situs-situs Islam yang dituduh penyebar berita hoax, padahal tidak terbukti. Kata Mustofa cara tersebut sangat mirip dengan pemberantasan terorisme, harus ada hoax untuk pemberantasan situs berita hoax.
“Pemberantasan anti hoax atau website anti hoax ini persis seperti pemberantasan terorisme, selama ada anggarannya maka hoax ini akan muncul terus nggak akan selesai. Karena apa, ini yang bikin adalah orang-orang yang diuntungkan dengan adanya hoax itu. Jadi harus ada hoax untuk ada pemberantasan, harus ada hoax untuk ada anggaran pemberantasan, selalu begitu,” pungkasnya. [SY]