JAKARTA (Panjimas.com) – Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang tengah menjalani persidangan atas dakwaan penistaan agama, mengaku kenal dekat dengan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak.
Hal itu disampaikan Ahok, ketika Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah, Pedri Kasman, menjadi saksi pelapor di persidangan. (Baca: Dilaporkan Pemuda Muhammadiyah, Ahok Ngaku Kenal Baik Dahnil Anzar)
“Saya kenal baik dengan Dahnil bahkan dia pernah menjadikan saya contoh pemimpin bersih dengan mengundang saya saat diskusi di kantor PP Muhammadiyah di Menteng pada April 2015 lalu,” kata Ahok di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (10/1/2017).
Terkait dengan pernyataan Ahok dalam persidangan tersebut, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah angkat bicara.
“Saya merasa terhormat Ahok mengaku kenal baik dengan saya, sama seperti dia mengaku kenal baik dengan Buya Syafii Ma’arif,” kata Dahnil Anzar Simanjuntak dalam rilisnya, Selasa (10/1/2017).
Lebih lanjut Dahnil mengungkapkan, sebelum Ahok dinyatakan tersangka penista agama, terkait pernyataannya tentang Surat Al-Maidah 51, awalnya ia kagum dengan keberanian Ahok.
“Jauh sebelum pernyataan Ahok terkait dengan Surat Al Maidah 51, saya dan kawan-kawan masyarakat sipil kagum dengan keberanian ahok melawan dugaan praktek rente dan bancakan APBD DKI yang diduga dilakukan oleh anggota DPRD dan Birokrasi DKI Jakarta. Keberanian seperti itu jarang ditunjukkan oleh beberapa kepala daerah yang ada di Indonesia, sehingga sebagai penggiat antikorupsi saya beberapa kali bertemu dengan Ahok bersama kawan-kawan penggiat antikorupsi lainnya,” ujar Dahnil.
“Bahkan, Ahok kami undang ke acara diskusi rutin Madrasah Antikorupsi di Menteng Raya 62 dua tahun lalu tepatnya tanggal 12 April 2015. Dalam beberapa kesempatan saya ikut memberikan pandangan di media terkait dengan sikap ahok melawan DPRD Bersangkutan dengan Kasus UPS,” sambungnya.
Ketika Dahnil mengetahui bahwa Ahok kerap menyampaikan kata-kata kasar di televisi dan beberapa media, Dahnil sempat menasihati Ahok secara langsung.
“Bahkan, saya seringkali menasehati ahok terkait dengan ucapan-ucapan kasar dia di beberapa media seperti Kompas TV, saat itu, yang bagi saya adalah sikap niradab. Nasihat-Nasihat agar Ahok lebih baik selalu saya sampaikan melalui Pesan WhatsApp,” tuturnya.
Belakangan, ketika Ahok tetap pada perilakunya yang kasar dan tidak berpihak kepada rakyat miskin serta terindikasi adanya dugaan korupsi kasus Sumber Waras, Dahnil pun tak lagi berkomuniasi secara intens.
“Namun, pesan-pesan nasihat dan komunikasi dengan Ahok Langsung tidak lagi saya lakukan secara intens ketika saya sadar Ahok tetap terus melakukan kebijakan yang tidak berpihak membela kaum miskin melalui penggusuran Secara massif dan muncul berita Indikasi dugaan korupsi pada kasus reklamasi dan Rumah Sakit Sumber Waras yang diduga melibatkan banyak pihak, juga ketika KPK meminta keterangan Ahok terkait kedua kasus tersebut, serta dugaan potensi korupsi pada diskresi yang dibuat Ahok seperti banyak diulas media seperti Tempo,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, Dahnil menyatakan tidak ada kaitannya soal pelaporan Ahok yang telah menistakan agama, dengan kedekatannya secara pribadi.
“Jadi, tidak ada kaitannya, kedekatan saya dengan Ahok dengan pelaporan polisi terhadap ahok terkait dengan Kasus penistaan Agama yang dilakukan Ahok. Justru seharusnya Ahok Sudah mendengarkan dan mengikuti nasihat yang kami sampaikan terkait dengan ucapan-ucapan yang tidak pantas disampaikan yang niradab tersebut,” tegasnya.
Bahkan, keliru bila Ahok justru hendak menyerang Pedri Kasman seolah ia tak mendapat mandat mewakili Pemuda Muhammadiyah.
“Apa yang dilaporkan Pedri Kasman adalah mandat dari saya sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Jadi keliru bila Ahok menyerang Pedri tidak mewakili Pemuda Muhammadiyah,” tandasnya. [AW]