JAKARTA (Panjimas.com) – Ketua Bidang Hubungan Antarlembaga Forjim, Nuim Hidayat, selain membantah tuduhan fitnah Metro TV yang menyebut 22 situs Islam sebagai penyebar hoax, ia juga menyinggung sikap kritis media. (Baca: Metro TV Tuduh 22 Media Islam Penyebar Hoax, Forjim: Itu Fitnah dan Hoax Sejati!)
Nuim menambahkan, dengan kejadian ini masyarakat makin cerdas menilai siapa penyebar hoax sesungguhnya. Metro TV yang disebut sebagai media “mainstream” oleh sebagian kalangan, juga akan akan disebut masyarakat sebagai media hoax. Sebab mereka ingin melawan hoax dengan cara hoax pula.
“Hoax itu kan sekarang seolah dimaknai sebagai berita yang tersebar yang tidak disukai oleh rezim dan pendukungnya. Sementara kalau hoax itu datang dari penguasa dan media-media atau pendukungnya tidak disebut sebagai hoax,” ungkap alumni Pascasarjana Universitas Indonesia itu kepada wartawan, Ahad malam (08/01/2017).
“Kesalahan-kesalahan media-media pendukung presiden adalah membenarkan semua ucapan atau tingkah laku presiden. Fungsi media itu selain untuk memberikan informasi, juga mengkritisi petistiwa, termasuk mengritisi ucapan presiden,” tambahnya.
Nuim mengapresiasi ucapan presiden untuk menghentikan peredaran hoax. Tetapi, kata dia, menindaklanjuti dengan serampangan menyatakan puluhan situs Islam itu penyebar hoax adalah tindakan yang sembrono.
“Media itu jangan menjadi pak turut. Berbahaya media bila tidak kritis. Tindakan pembredelan sebenarnya sudah ketinggalan zaman. Apakah mau ditutup Facebook, Whatsapp, Twitter yang disitu sebenarnya banyak menyebarkan hoax? Jadi di masa keberlimpahan atau kebisingan informasi yang diperlukan adalah bukan hanya pendidikan bagi wartawan, tapi juga pendidikan bagi masyarakat dalam menyikapi informasi,”pungkasnya. [AW]