TUNISIA (Panjimas.com) – Mantan Presiden Tunisia, Mohamed Moncef Marzouki, pada hari Senin (26/12) menyatakan bahwa “permasalahan Palestina telah menyatukan rakyat Tunisia dengan rasa cinta dan kebanggaan akan perlawanan.”
Pernyataan mantan Presiden Marzouki ini disampaikan saat upacara peringatan gugurnya Insinyur drone Hamas, Mohamed Al-Zawari, yang dibunuh pekan lalu oleh agen Mossad Israel.
Marzouki mengatakan begitu besarnya antusiasme rakyat Tunisia atas permasalahan Palestina, mengirimkan dua pesan kuat; yang pertama adalah konfirmasi gerakan perlawanan Palestina dan yang kedua adalah konfirmasi kedaulatan nasional Tunisia yang telah dilanggar Israel, dikutip dari MEMO.
“Kami bangga atas syahidnya Al-Zawari serta perjuangan gerakan perlawanan Palestina, dan Kami malu ketika mereka menyerang orang-orang yang tidak bersalah di negara-negara Barat,” tegas mantan Presiden Tunisia itu kepada para hadirin dalam upacara peringatan Al-Zawari.
Dalam pidatonya, Marzouki juga menuntut segera diakhirinya pengepungan zionis Israel di Jalur Gaza.
Dia menegaskan, “hati nurani manusia tidak akan bisa menerima bahwa dua juta rakyat Gaza berada di bawah blokade Israel.”
Aktivis hak asasi manusia Tunisia harus mengemban “tanggung jawab utama” bagi efektivitas berakhirnya pengepungan Israel dengan dibukanya pintu (penyeberangan Rafah) melalui Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi.
Sementara itu, di Gaza sendiri, Gerakan Perlawanan Islam Hamas, juga menggelar upacara peringatan untuk menghormati Mohamed Al-Zawari. Hamas menuding bahwa Mossad telah membunuh insinyur program dronenya itu.
Hamas menyatakan bahwa Mohamed Al-Zawari berjuang sebagai bagian dari sayap militer Hamas selama 10 tahun dan ujung tombak dalam program drone Hamas, Ia pun telah bersumpah akan memerangi musuh Zionis, mengutip laporan Al Jazeera.
Al-Zawari merupakan seorang Komandan sayap militer Hamas, Ia merupakan seorang Insinyur Aviation yang mengembangkan teknologi pesawat drone (UAV)
Al-Zawari, 49 tahun, ditembak mati di kepalanya dengan beberapa peluru di depan rumahnya di Tunisia saat Ia sedang berada di kampung halamannya di Sfax, sekitar 270 km dari ibukota Tunis, pada Kamis (15/12), dua pekan lalu.
Zawari diyakini sangat berkontibusi dalam kemenangan Hamas selama perang Hamas-Israel di Gaza pada tahun 2014.
Hamas juga menjelaskan bahwa pembunuhan Al-Zawari merupakan kerja jaringan Intelijen.
“Pembunuhan Komandan Mohamed Al-Zawari di Tunisia adalah sebuah peringatan bagi semua Bangsa Arab dan Bangsa Muslim bahwa musuh Zionis dan agen-agennya sedang bergerak bebas di wilayah mereka, memainkan peran kotornya, dan ini adalah saatnya untuk memutus rantai kerja semacam itu,” demikian pernyataan Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas. [IZ]