TUNIS, (Panjimas.com) — Perdana Menteri Tunisia Youssef Chahed baru-baru ini mengatakan bahwa orang-orang ras kulit hitam masih memderita di negaranya.
Pernyataan ini disampaikan PM Chahed saat berkomentar dalam acara peringatan Hari Nasional perlawanan terhadap Diskriminasi Rasial yang diselenggarakan oleh Kementerian Perhubungan bersama dengan Badan-Badan Konstitusional, masyarakat sipil dan kelompok-kelompok hak asasi manusia, termasuk Komisi Tinggi untuk Hak Asasi Manusia di Tunis, seperti dilansir Middle East Monitor.
“Tunisia adalah salah satu negara pertama yang berkomitmen menghapuskan perbudakan dan menandatangani Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial,” jelas PM Chahed.
“Tetapi sayangnya, Tunisia termasuk di antara negara-negara di mana orang-orang kulit hitam menderita.”, pungkasnya.
Chahed bersikeras bahwa “Ini tidak akan menghentikan pemerintah dalam pengembangan strategi politik, budaya, sosial dan hukum untuk memerangi rasisme. Ini adalah prioritas pemerintah kami,” imbuhnya.
Pada hari Ahad (25/12), puluhan mahasiswa Afrika menggelar aksi protes di Tunisia untuk menuntut kriminalisasi rasisme.
Mereka menuntut pihak berwenang Tunisia untuk memastikan keselamatan dan keamanan mereka, terutama setelah 2 gadis Kongo diserang pada hari Sabtu (24/12).
Menurut para saksi mata, seorang pemuda Tunisia menyerang 2 gadis Kongo itu, sehingga menimbulkan luka serius.
Perdana Menteri Chahed juga menyerukan Parlemen Tunisia untuk meratifikasi RUU Kriminalisasi Diskriminasi Rasial, sebagai hal yang mendesak. [IZ]