SOLO (Panjimas.com) – Cuaca berawan menyelimuti Kota Solo, seruan umat Islam Solo Raya mulai bergeliat. Di masjid Tipes, beberapa orang mempersiapkan soundsistem untuk agenda seruan Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS), untuk melakukan pembelaan atas kaum Muslimin yang ditangkap.
Seperti diketahui Polda Jawa Tengah (Jateng) menciduk 5 tokoh pimpinan Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) yakni Edi Lukito, Yusuf Suparno, Endro Sudarsono, Salman Al Farizi dan Joko Sutarto. Mereka adalah aktivis yang selama ini melakukan amar ma’ruf nahi munkar membentangi masyarakat dari Penyakit Masyarakat (Pekat). Namun justru diganjar dengan tuduhan ikut merusak dan menganiaya, bermufakat jahat, melakukan pembiaran atas aksi beberapa kelompok tak dikenal saat aksi penggrebekan di Social Kitchen, Banjarsari.
Usai sholat jumat, raungan bunyi motor Kokam Muhammadiyah Sukoharjo mengiringi perjalanan mereka menuju Mapolresta Solo di Jalan Adi Sucipto 2, Manahan, Solo, Jumat (23/12/2016). Disusul teriakkan takbir laskar Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Solo Raya di atas mobil. Tak ketinggalan Al Huda, JAS, BMI, Hisbah, KMM, Fosam, Fosikom, Hisbullah Sunan Bonang,FUI dan ratusan laskar Solo Raya lainnya yang longmach dari Kota Barat.
Sementara itu, ada hal unik dalam aksi Umat Islam Solo Raya. Sebuah spanduk besar terpampang memuat gambar Ranu Muda, dengan tulisan #SaveRanu, #SaveJurnalisMuslim, Ranu Muda Adi Nugroho Wartawan Panjimas.com.
Hasil penelusuran Panjimas, poster itu ternyata dibuat oleh pemuda masjid di kampung Ranu Muda tinggal di Ngasinan, Solo Baru. Mereka prihatin atas penangkapan Ranu, mereka yakin Ranu tidak bersalah, mereka kaget jika seorang yang mereka kenal taat beribadah, aktivis masjid, supel, ramah dan punya kepedulian sosial yang tinggi, dituduh terlibat perusakan dan penganiayaan di Social Kitchen.
“Dia itu orangnya baik, kalau masalah dinnya urusan agama saya tidak ada keraguan bahwa mas Ranu itu orang yang bersegera. Hubungan dengan masyarakat baik, termasuk mengajak anak-anak yang dulu preman sekarang ke masjid, membantu mencarikan dana membuat tempat parkir masjid ini juga usaha beliau. Mengadakan program membantu warga kurang mampu yang setiap bulan dapat beras 15 kilo, itu mas Ranu yang punya. Jadi bagi saya aneh jika dia dituduh seperti itu, dia disana kan kerja sebagai wartawan,” kata Triyanto, DKM An Nur kepada Panjimas.com, Sabtu (24/12/2016).
Bahkan menurut Triyanto, orang yang ditangkap seperti aktivis LUIS, termasuk Ranu Muda belum tentu mereka itu berlaku buruk.
“Belum tentu penangkapan itu yang buruk adalah yang ditangkap, bisa jadi yang buruk adalah yang menangkap,” tegasnya.
Sebagai bentuk rasa simpati dan solidaritas, para aktivis masjid dan DKM An-Nur bersama dengan relawan IDC datang untuk memberikan bantuan.
Rombongan yang baru saja selesai sholat Ashar itu bergegas mendatangi rumah keluarga Ranu sambil membawa poster #SaveRanu. Kehadiran mereka disambut istri dan ayah Ranu dengan haru, keluarga berharap Ranu segera dibebaskan. [SY]