KABUL, (Panjimas.com) – Jumlah pengungsi yang kini memutuskan kembali ke rumah-rumah mereka di wilayah yang dilanda peperangan di Afghanistan, telah mencapai angka 1 juta pada tahun 2016, demikian pernyataan Wakil Menteri Pengungsi dan Repatriasi Afghanistan, Hari Ahad (18/12).
Sebagian besar para pengungsi yang pulang ke Aghanistan berasal dari kamp-kamp penampungan di beberapa negara tetangga Afghanistan.
Saat berbicara pada upacara untuk memperingati Hari Imigran Internasional di provinsi Nanagarhar timur, Wakil Menteri Pengungsi dan Repatriasi Wali Hakimi mengatakan bahwa “mayoritas dari mereka yang kembali, memilih untuk menetap di provinsi Afghanistan yang berbatasan dengan Wilayah Kesukuan Federal Pakistan.”
Pemerintah Afghanistan berencana untuk membangun 3 kota untuk keluarga-keluarga yang baru dipulangkan di Nangarhar dan provinsi tetangganya Logar, dengan bantuan lembaga-lembaga bantuan internasional, kata Wali Hakimi, dikutip dari Anadolu.
Pemulangan dari Pakistan mencapai puncak tertingginya pada tahun ini, menyusul tindakan keras terhadap para pengungsi Afghanistan di negara-negara yang telah menjadi tuan rumah mereka selama lebih dari 3 dekade.
Peristiwa bersejarah kembali pulangnya para pengungsi Afghan, telah membuat Afghanistan menjadi negara terbesar dengan jumlah penduduk yang dipulangkan di dunia, selain itu ini juga menimbulkan kekhawatiran suram tentang kehidupan mereka ini baik pria, wanita dan anak-anak yang menghadapi kondisi keras, terutama setelah militansi berkecamuk di Afghanistan.
Afghanistan saat ini juga masih bergulat dengan lebih dari 50.000 penduduk internal yang menjadi pengungsi baru pada tahun ini saja, demikian menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.
Selain itu, Eropa terus mendeportasi para pencari suaka asal Afghanistan, sejalan dengan kesepakatan yang telah disepakati antara pemerintahan Kabul dan Brussels.
Berdasarkan perjanjian tersebut sebanyak 80.000 warga Afghanistan kemungkinan besar akan dideportasi dari negara-negara Eropa yang berbeda, meskipun protes meluas di Eropa maupun di Afghanistan menentang perjanjian dan langkah tersebut.[IZ]