MAGELANG,(Panjimas.com) – Anang Imammudin, ketua Gerakan Pribumi Berdaulat Magelang Raya (GPBMR), memenuhi pangilan Polres Magelang, Jl.Soekarno Hatta No. 7, Sawitan, Mungkid, Magelang, Senin pagi (19/12/2016).
Menurut Tim Advokasi GPBMR, pemanggilan Anang adalah sesuatu yang janggal. Agus Surahmat, salah satu dari Tim Advokad mengatakan bahwa pemanggilan Anang jika sebagai bentuk klarifikasi masih dianggap wajar. Tapi bila sampai pada pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP), kata dia hal ini mengada-ada.
“Kalau sampai pada Berita Acara Pemeriksaan maka harus jelas deliknya mana. Spanduk itu adalah ajakan untuk belanja di toko pribumi dan ajakan membeli produk tertentu. Jadi kalau sampai ada BAP maka Polisi tidak berdasar” katanya.
Spanduk yang dianggap masalah Polres Magelang menurut Agus sebagai ajakan ketahanan pangan Indonesia, dimana pribumi hanya mendapat jatah 10 persen. Dia siap mengawal kasus tersebut bahkan akan mengerahkan massa lebih besar jika hukum tidak adil.
“Massa juga siap untuk tumpah di Polres Magelang jika sampai saudara Anang dijadikan tersangka” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Jawa Tengah, Yhoenex Y, yang datang bersama puluhan ormas Islam Magelang,Semarang dan DIY turut prihatin dengan pemanggilan Anang.
“Ketika kami membela rakyat kecil kenapa yang ditangkap selalu kami, bukankah yang seharusnya ditangkap adalah mereka yang menjajah ekonomi negara Indonesia ini. Mereka sudah memasukkan imigran ke Indonesia, mereka sudah menghancurkan ekonomi rakyat kecil” ujarnya.
Lebih lanjut, Yhoenex merasa perlu meluruskan bahwa pedagang pasar tradisional khawatir digilas swalayan dan minimarket. Omset mereka sudah turundrastis dengan hadirnya pasar modern.
“Pasar tradisional mengeluh karena adanya Indomart, Alfa mart, Hero, Laris. Sementara pembangunan pasar sampai sekarang belum jadi” ucapnya.
Terkait pemasangan spanduk yag dilakukan GPBMR, sampai pada pemanggilan korlap aksi seruan Pribumi Berdaulat, justru menjadi pertanyaan publik. Kata Yhoenex, sebenarnya yang resah atas pemasangan spanduk tersebut siapa.
“Sebenarnya yang resah itu siapa? Polisi, para konglomerat, atau masyarakat. Kalau masyarakat, masyarakat yang mana?” katanya. [SY]