MAKASSAR, (Panjimas.com) – Ketua GNPF MUI KH Bachtiar Nasir tampil sebagai pembicara penutup dalam Tabligh Akbar Bela Islam dengan tema Energi Al-Maidah 51, Pilar Penegakan NKRI di Masjid Raya Makassar, Sulawesi Selatan. KH Bachtiar tampil setelah tausiah dari Wakil Ketua GNPF MUI KH Zaitun Rasmin, dan KH A Shabri Lubis yang mewakili Ketua Dewan Pembina GNPF MUI Habib Rizieq Syihab.
Saat dipanggil baik ke atas mimbar, KH Bachtiar diperkenalkan sebagai warga Bugis asal Bone. Serentak jamaah yang hadir berteriak, “Paentengi Siri’mu” yang artinya tegakkan martabat dan harga dirimu dalam falsafah hidup orang Bugis-Makassar. Di akhir tausiahnya, KH Bachtiar menjawab seruan tersebut dengan mengatakan “ewako” yang artinya, lawan atau jangan menyerah dalam bahasa Bugis dan Makassar.
Pimpinan AQL Islamic Center ini menegaskan, visi Aksi Bela Islam adalah penegakan Al-Maidah 51. “Kalau sekedar menuntut Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) masuk penjara, kalau kita mati belum tentu kita masuk surga. Kalau hanya memperjuangkan untuk kembali ke UUD 45 dan kita mati belum tentu juga masuk surga. Tetapi kalau yang kita perjuangkan adalah Al-Maidah 51, dan kita mati maka Allah menjamin kita masuk surga,” tegas Bachtiar Nasir.
Sekarang ini, katanya, izzatul Islam sudah diberikan kepada ummat Islam demi kebangkitan dan kejayaan Islam dunia. Aksi Bela Islam bukan masalah politik tetapi justru muncul tudingan kepada mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai pihak yang menggerakkan aksi ini. Sebab jika ini adalah aksi politik, tidak mungkin jutaan ummat Islam bisa berkumpul pada Aksi Bela Islam 2 dan 3. Selain itu, gelora ummat di daerah terus bergaung karena ada energi yang bersumber dari kekuatan Al-Maidah 51. “Saya ingin katakan bahwa banyak orang gagal paham menilai aksi ini,” kata Ketua Alumni Universitas Islam Madinah se-Indonesia ini.
Sepanjang tausiahnya yang dimulai sekitar pukul 11.00 Wita itu, Bachtiar Nasir lebih banyak berinteraksi dengan jamaah. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang menyindir mandulnya proses hukum di negeri ini akibat adanya kekuatan besar yang ingin mengendalikan banga ini. Dia menanyakan, “kalau tidak ada Aksi Bela Islam 1, kira-kira Ahok diperiksa atau tidak?” Jamaah berteriak “tidak”. Ditanya lagi…
Dia juga menjelaskan, GNPF sebenarnya tidak punya program melainkan hanya menyerap aspirasi ummat. “Jika proses hukum tidak berkeadilan di negeri, apakah kalian mau melanjutkan Aksi Bela Islam 4?” Jamaah kemudian menjawab tidak. “Kita revolusi!” Dia kemudian melantunkan lagu-lagu revolusi damai lalu dilanjutkan dengan orasi tentang revolusi. “Revolusi saat ini sedang berjalan. Kita sudah melewati tahap-tahap revolusi damai melalui Aksi Bela Islam 1, 2, dan 3,” katanya.
Dia kembali berinteraksi dengan jamaah. “Siapa pemimpin kalian? Jamaah menjawab, “ulama”. Ditanya lagi, “Siapa yang kalian taati! Jamaah teriak “ulama” sembari memekikkan takbir. Allahu Akbar!
KH Bachtiar menegaskan, Islam akan bangkit di Indonesia kalau ummat Islam mengikatkan diri pada perkataan ulama. Kalau ummat Islam, kata dia, sudah mau bersatu dan bersaudara satu sama lain, maka itulah izzatul Islam yang diberikan kepada ummat Islam Indonesia. “Jadi bersabarlah. Revolusi sebenarnya sudah berjalan. Semua yang ingin menandingi aksi bela Islam dengan justru dipermalukan oleh Allah SWT,” katanya.
Mau lihat buktinya? “Kita buat Aksi Bela Islam 411, mereka membuat aksi tandingan 911 yang pada hari itu adalah hari jamban sedunia. Aksi 212 dibuatkan aksi tandingan 412, dan ternyata hari itu adalah hari kaos kaki dan hari hewan liar sedunia,” katanya berseloroh.
Persaudaraan dan persatuan ummat Islam seperti air bah yang tak terbendung. Siapa pun yang akan menghentikannya akan tersingkir sendiri. Itulah energi Al-Maidah 51 yang diperlihatkan kepada ummat Islam Indonesia. “Lihat orang Ciamis, ketika mereka dilarang ke Jakarta dengan melarang perusahaan bus mengangkut mereka, warga Ciamis memilih berjalan kaki,” kayanya. [RN]