BERLIN, (Panjimas.com) – “Insiden genosida sekarang berlangsung di Aleppo Timur”, ujar Menteri Turki untuk Urusan Uni Eropa Omer Celik pada hari Kamis (15/12).
Saat berbicara dengan para wartawan Turki dan Jerman di Berlin, menyusul pembicaraan resminya, Omer Celik menyatakan keprihatinan serius dan mendalam pemerintahan Turki atas serangan-serangan yang menargetkan warga sipil di Aleppo Timur, setelah pasukan rezim Assad dan sekutunya memasuki daerah [Aleppo] yang sebelumnya berada di bawah kendali kelompok oposisi itu.
“Sayangnya, penduduk di Aleppo kini menghadapi genosida besar di depan mata seluruh dunia dan lembaga-lembaga modern,” pungkasnya.
Menteri Turki itu mengkritik kekuatan dunia [Negara-Negara Barat, Rusia, China] karena gagal mencegah pertumpahan darah lebih lanjut di Aleppo Timur, lebih lanjut Celik mengatakan bahwa “situasi saat ini mirip dengan yang pernah terjadi di tahun 1995, ketika dunia gagal menghentikan genosida Srebrenica di bekas Yugoslavia.”
“Pembantaian-pembantaian seperti ini, di depan mata dunia dan lembaga-lembaga modern adalah aib,” tegasnya,
Omer Celik mendesak upaya-upaya internasional yang lebih kuat untuk menghentikan pembantaian massal di Aleppo Timur.
Kekerasan meningkat di kota pekan ini, ketika pasukan rezim Assad dan milisi-milisi Syiah yang didukung Iran maju ke wilayah Aleppo timur yang dikendalikan kubu oposisi, pasukan Assad dan milisinya telah melakukan operasi pengepungan selama 5 bulan dan pengeboman udara terus-menerus.
Dikutip dari Anadolu Agency, terdapat sekitar 80.000 warga sipil diyakini telah terperangkap di daerah-daerah di Aleppo Timur.
Celik mengatakan upaya Turki baru-baru ini untuk membuka koridor kemanusiaan di Aleppo sebagai akses jalan keluar yang aman bagi penduduk sipil yang terjebak di sana telah terhalang oleh serangan pasukan rezim Assad dan sekutunya, meskipun add kesepakatan gencatan senjata antara pihak-pihak yang bertikai, pada Rabu (14/12).
Rezim Syiah Nushairiyah yang saat ini disokong Rusia dan Iran, telah meningkatkan serangan-serangan militernya dalam beberapa bulan terakhir, dengan tujuan membangun kembali kontrol atas bagian-bagian dari Aleppo, yang berhasil dibebaskan 4 tahun lalu oleh kelompok-kelompok oposisi bersenjata.
Perkembangan terbaru di Aleppo, tentara rezim Suriah, yang didukung oleh pasukan Rusia dan Iran, telah merebut kota Aleppo yang sebelumnya dikuasai kubu oposisi selama 4 tahun lamanya.
Diperkirakan 100.000 penduduk Aleppo kini tetap dikepung oleh rezim Assad dan milisi-milisi sekutunya, ratusan ribu penduduk Aleppo Timur dikepung hanya dalam area seluas 8,6 kilometer persegi.
Sementara, Stasiun televisi France 24 baru-baru ini mengutip PBB, bahwa di Aleppo timur saja masih terdapat sekitar 50.000 penduduk sipil yang dikepung pasukan rezim Assad dan milisi-milisi sekutunya.
Sebagian besar dari mereka telah menghadapi situasi memburuknya pasokan makanan dan kekurangan air, terutama sejak awal bulan Desember, ketika rezim Assad menguasai Distrik Bab al-Nairab Aleppo. Untuk diketahui, Distrik Bab al-Nairab merupakan pusat tangki pasokan air utama di Aleppo.
Selama 27 hari terakhir, sebanyak 990 warga sipil telah tewas di Aleppo timur karena serangan-serangan oleh rezim Assad dan milisi-milisi sekutunya, kata sumber-sumber lokal di Aleppo.
Saat ini, semua Rumah Sakit dan fasilitas medis berhenti beroperasi karena serangan terus dilancarkan pasukan Assad, sementara itu pembelajaran di sekolah-sekolah juga terganggu.
Milisi Syiah Halangi Warga Tinggalkan Aleppo
Meskipun pernyataan Rusia pekan lalu bahwa rezim Assad akan menghentikan serangan di Aleppo timur agar dapat memungkinkan warga sipil untuk meninggalkan kota yang terkepung, namun milisi Syiah berafiliasi dengan rezim Iran menghalang-halangi warga sipil untuk keluar menyelamatkan diri dari Aleppo , demikian menurut sumber-sumber lokal.
“milisi-milisi dari [Lebanon] Hizbullah dan milisi Al-Nujaba [Irak] mencegah warga sipil meninggalkan kota [Aleppo],” kata seorang sumber lokal yang berbicara dalam secara anonim.
Menurut Ahmed Hammami, seorang Komandan lapangan pasukan oposisi, milisi Syiah mengarahkan warga sipil untuk mengosongkan zona tempur di Aleppo ke daerah-daerah di dekatnya.
“Ribuan keluarga baru-baru ini diarahkan menuju lingkungan Ansari, area [Aleppo] yang dikontrol milisi [asing],” imbuhnya.
“Kami takut pembantaian bisa dilakukan di lingkungan ini dan dalam kasus-kasus serupa,” kata Hammami.
Dikutip dari Anadolu, Ismail Abdullah, seorang penduduk Aleppo, mengatakan melalui internet bahwa penduduk kota [Aleppo] tidak dapat menemukan air untuk minum atau makanan untuk dimakan, sedangkan sumber daya listrik atau lainnya telah dihentikan operasinya, bulan yang lalu”.[
Sejak awal 2011, Suriah telah menjadi medan pertempuran, ketika rezim Assad menumpas aksi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga — aksi protes itu 2011 itu adalah bagian dari rentetan peristiwa pemberontakan “Musim Semi Arab” [Arab Spring].
Sejak saat itu, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta penduduk Suriah terpaksa mengungsi, menurut laporan PBB.
Sementara itu Lembaga Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (Syrian Center for Policy Research, SCPR) menyebutkan bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah lebih mencapai angka dari 470.000 jiwa. [IZ]