WASHINGTON, (Panjimas.com) – Direktur Eksekutif Nasional Council on American-Islamic Relations (CAIR), Organisasi advokasi dan pembelaan hak-hak sipil Muslim terbesar di AS, Nihad Awad meluncurkan kampanye hastag #AleppoChallenge saat dirinya melakukan aksi protes di depan Kedutaan Rusia di Washington DC, dilansir IINA.
Nihad Awad berdiri di luar Kedutaan Rusia untuk menarik perhatian dunia internasional terutama tentang keterlibatan Rusia dalam kejahatan perang yang sekarang terjadi terhadap para penduduk sipil Suriah, khususnya terhadap warga sipil di kota Aleppo.
Awad tergerak untuk melakukan kampanye #AleppoChallenge karena tak tahan dengan serangan-serangan pengeboman tanpa pandang bulu Rusia dan rezim Assad yang mengakibatkan kematian tak terhitung jumlahnya, baik pria, perempuan, dan anak-anak di Suriah.
Sebagai pemimpin CAIR, Ia menyerukan gencatan senjata segera di Aleppo, perlindungan penduduk sipil, pengiriman bantuan kemanusiaan, dan tuntutan kejahatan perang bagi semua pihak yang terbukti menargetkan warga sipil dan infrastruktur sipil seperti rumah sakit dab fasilitas medis lainnya.
CAIR adalah Organisasi advokasi dan pembelaan hak-hak sipil Muslim terbesar di AS.
Misinya adalah untuk meningkatkan pemahaman Islam, mendorong dialog, melindungi kebebasan sipil, memberdayakan Muslim Amerika, dan membangun koalisi yang mempromosikan keadilan dan rasa saling pengertian.
Perkembangan terbaru di Aleppo, tentara rezim Suriah, yang didukung oleh pasukan Rusia dan Iran, telah merebut kota Aleppo yang sebelumnya dikuasai kubu oposisi selama 4 tahun lamanya.
Diperkirakan 100.000 penduduk Aleppo kini tetap dikepung oleh rezim Assad dan milisi-milisi sekutunya, ratusan ribu penduduk Aleppo Timur dikepung hanya dalam area seluas 8,6 kilometer persegi.
Sementara, Stasiun televisi France 24 baru-baru ini mengutip PBB, bahwa di Aleppo timur saja masih terdapat sekitar 50.000 penduduk sipil yang dikepung pasukan rezim Assad dan milisi-milisi sekutunya.
Sebagian besar dari mereka telah menghadapi situasi memburuknya pasokan makanan dan kekurangan air, terutama sejak awal bulan Desember, ketika rezim Assad menguasai Distrik Bab al-Nairab Aleppo. Untuk diketahui, Distrik Bab al-Nairab merupakan pusat tangki pasokan air utama di Aleppo.
Selama 27 hari terakhir, sebanyak 990 warga sipil telah tewas di Aleppo timur karena serangan-serangan oleh rezim Assad dan milisi-milisi sekutunya, kata sumber-sumber lokal di Aleppo.
Saat ini, semua Rumah Sakit dan fasilitas medis berhenti beroperasi karena serangan terus dilancarkan pasukan Assad, sementara itu pembelajaran di sekolah-sekolah juga terganggu.
Milisi Syiah Halangi Warga Tinggalkan Aleppo
Meskipun pernyataan Rusia pekan lalu bahwa rezim Assad akan menghentikan serangan di Aleppo timur agar dapat memungkinkan warga sipil untuk meninggalkan kota yang terkepung, namun milisi Syiah berafiliasi dengan rezim Iran menghalang-halangi warga sipil untuk keluar menyelamatkan diri dari Aleppo , demikian menurut sumber-sumber lokal.
“milisi-milisi dari [Lebanon] Hizbullah dan milisi Al-Nujaba [Irak] mencegah warga sipil meninggalkan kota [Aleppo],” kata seorang sumber lokal yang berbicara dalam secara anonim.
Menurut Hammami, milisi Syiah mengarahkan warga sipil untuk mengosongkan zona tempur di Aleppo ke daerah-daerah di dekatnya.
“Ribuan keluarga baru-baru ini diarahkan menuju lingkungan Ansari, area [Aleppo] yang dikontrol milisi [asing],” imbuhnya.
“Kami takut pembantaian bisa dilakukan di lingkungan ini dan dalam kasus-kasus serupa,” kata Hammami.
Dikutip dari Anadolu, Ismail Abdullah, seorang penduduk Aleppo, mengatakan melalui internet bahwa penduduk kota [Aleppo] tidak dapat menemukan air untuk minum atau makanan untuk dimakan, sedangkan sumber daya listrik atau lainnya telah dihentikan operasinya, bulan yang lalu”.[
Sejak awal 2011, Suriah telah menjadi medan pertempuran, ketika rezim Assad menumpas aksi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga — aksi protes itu 2011 itu adalah bagian dari rentetan peristiwa pemberontakan “Musim Semi Arab” [Arab Spring].
Sejak saat itu, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta penduduk Suriah terpaksa mengungsi, menurut laporan PBB.
Sementara itu Lembaga Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (Syrian Center for Policy Research, SCPR) menyebutkan bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah lebih mencapai angka dari 470.000 jiwa. [IZ]