SOLO,(Panjimas.com) – Allepo, Suriah membara, Rezim Bassar As’ad, di dukung Rusia, Iran dan Milisi Syiah, pada hari Selasa, 12 Desember 2016 telah membantai warganya. Ratusan warga meninggal, ribuan orang mengungsi, serta puluhan bangunan fisik rusak berat.
Ironinya pembantaian itu terjadi setelah disepakatinya gencatan senjata. Sedianya memberi kesempatan warga sipil Aleppo mengungsi dan badan kemanusian dunia melakukan evakuasi. Namun justru menjadi sasaran bom-bom yang dijatuhkan dari langit Aleppo.
Tak ayal, korban jiwa berjatuhan, para wanita, anak-anak, orang tua bahkan rumah sakit dihancurkan. Untuk itu, didepan ribuan peserta aksi Solidaritas untuk Aleppo, di Bundaran Gladak, Solo, Ustadz Suro Wijoyo mewakili Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) menyatakan sikapnya.
“Berharap lembaga internasional seperti PBB bisa proaktif dan memaksimalkan perannya dalam perdamaian di Suriah, termasuk menangani pengungsian, pelanggaran HAM maupun kejahatan perang yang dilakukan oleh Rezim Basar As’ad, Rusia, Iran dan Milisi Syiah” katanya, jumat (16/12/2016).
Selain itu, DSKS meminta Pemerintah Indonesia ikut berperan aktif, bersikap nyata dan ikut serta dalam memberikan peran diplomasi di PBB. Hal ini untuk memberikan sanksi tegas kepada penjahat perang Rezim Bassar As’ad dan jika dipandang perlu memutus hubungan diplomatik dengan negara negara Rusia dan Iran. Ustadz Suro Wijoyo meminta Pemerintah Indonesia bisa meniru sikap tegas pemerintah Arab Saudi yang memulangkan Diplomat Rusia.
“Mendukung lembaga sosial dan aksi kemanusiaan nasional maupun internasional untuk menyelamatkan, merehabilitasi warga sipil di Aleppo yang semakin terintimidasi fisik maupun psikis oleh Rezim Bassar As’ad dan sekutunya.” Ujarnya.
“Senantiasa mendoakan dengan bacaan Qunut Nazilah untuk keselamatan umat Islam di Aleppo khususnya dan Suriah pada umumnya” pungkasnya. [SY]