LAGOS, (Panjimas.com) – Pada hari Senin (12/12), tampak puluhan ribu Muslim Nigeria berkumpul menyelenggarakan aksi bersama ntuk memperingati “Hari Al-Aqsa”.
Umat Muslim Nigeria menyerukan PBB untuk memastikan resolusi-resolusi yang menjamin keadilan bagi rakyat Palestina dapat diterapkan.
Aksi massa yang diikuti puluhan ribu Muslim Nigeria itu diselenggarakan oleh “Muslim Awareness International” (MAI), kelompok sipil terkemuka di Nigeria.
“Al-Aqsa Day” atau Hari Al-Aqsa diperingati di Nigeria pada hari ke-12 dari bulan Rabiul Awwal pada tahun Hijriah.
Peringatan Hari Al-Aqsa ini dilakukan untuk menunjukkan solidaritas Muslim Nigeria terhadap rakyat Palestina, terutama bagi mereka yang tinggal di Gaza.
Mengutip pernyataan Kepala Urusan Kemanusiaan PBB [UN Humanitarian Chief] John Holmes pada tahun 2010, “Holmes menyebutkan bahwa Gaza adalah “penjara terbuka” terbesar di dunia, ini karena blokade Israel.
“Al-Aqsa Day” bertujuan memperingati perjuangan rakyat Palestina.
“Kami menyerukan kepada PBB untuk berjalan di atas isu Palestina. Kami menyerukan sanksi yang akan dikenakan pada Israel untuk kekejaman terhadap rakyat Palestina,” kata Luqman Balogun, Direktur MEI, saat Ia berorasi di depan puluhan ribu umat Muslim Nigeria, dikutip dari Anadolu Agency.
“Jika negara-negara lain diberikan sanksi atas kejahatan yang mereka lakukan, Israel juga harus menghadapi konsekuensi atas tindakannya. Seharusnya tidak ada sapi suci,” tegasnya.
Para orator pada Aksi tersebut menyerukan koalisi yang lebih luas menentang tindakan Israel di Palestina, termasuk aksi boikot dan strategi divestasi.
Hegemoni AS dan Genosida Palestina
Adelaja Odukoya, seorang aktivis yang mengajar mata kuliah “perbandingan politik” di Universitas Lagos, mengatakan “ketidakadilan terhadap warga Palestina bertahan karena keterlibatan dari kekuatan-kekuatan global.”
“PBB didirikan diatas slogan pentingnya penentuan nasib sendiri, tetapi slogan itu tetap menjadi omong kosong sehubungan dengan krisis Palestina. Apa yang sedang bermain di krisis ini adalah hegemoni AS yang tercermin dalam tidak dilaksanakannya beberapa resolusi PBB, terutama resolusi nomor 242 dan resolusi-resolusi lainnya,” kata Odukoya.
“Kebijakan-kebijakan Israel terhadap rakyat Palestina dimaksudkan untuk Genosida, karena mata pencaharian rakyat Palestina yang tersisa berada dibawah kendali Israel. Setiap manusia layak mendapatkan negara, penyangkalan terhadap rumah dan tanah air Palestina merupakan dehumanisasi. Dan, Saya yakin bahwa Amerika akan terus mengajukan hak veto lanjutan atas resolusi-resolusi yang berusaha untuk mengakhiri pendudukan Israel, Ini merupakan kemunduran besar bagi perdamaian,” imbuh Ahli Perbandingan Politik Universitas Lagos itu.
Pemberitaan Media Tak Adil
Abdur-Razaq Abdus-Salam, seorang jurnalis veteran, mengatakan media belum secara adil dalam melaporkan krisis [Palestina].
Jurnalis veteran itu meminta para wartawan untuk melakukan penelitian independen atas krisis Palestina dan tidak terus menyebar propaganda yang menghambat perdamaian di kawasan itu.
Dihadiri oleh para akademisi, elit politisi, dan para Cendekiawan Muslim dan puluhan ribu umat Muslim, Aksi “Al-Aqsa Day” menampilkan drama atau teatrikal yang menggambarkan apa yang disebut sebagai, “prasangka media melawan rakyat Palestina dan perlunya aliansi yang lebih luas untuk menciptakan kesadaran serta mendorong kekuatan-kekuatan dunia untuk membantu mewujudkan negara Palestina.[IZ]