ZAMBOANGA, (Panjimas.com) – 2 warga negara Indonesia akhirnya dibebaskan oleh kelompok Abu Sayyaf, setelah 5 bulan lamanya menjadi sandera.
Mayor. Filemon Tan Jr., juru bicara Komando Mindanao Barat, mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Senin (09/12) bahwa Mohammad Nazir, 62 tahun, dan Robin Piter, 32 tahun, telah dibebaskan pada hari Senin, sebelumnya mereka diculik di perairan dekat Pulau Simisa di Sulu selatan pada 22 Juni lalu, dikutip dari Anadolu.
Jubri Komando Mindanao Barat itu mengungkapkan bahwa 2 warga Indonesia itu berhasil dibebaskan melalui negosiasi dengan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), kelompok Moro yang berperan dalam negosiasi dengan para penculik di wilayah Sulu.
“2 sandera Indonesia dibebaskan oleh kelompok Abu Sayyaf … dan kemudian keduanya diserahkan kepada Komandan MNLF Tahir Sali,” imbuhnya.
Pihak Militer Filipina mengatakan bahwa duo Indonesia itu adalah yang sandera terakhir yang dibebaskan dari 7 kru yang diculik dari Kapal pada Juni lalu.
Pada bulan September lalu, MNLF juga membantu memfasilitasi pembebasan warga Norwegia Kjartan Sekkingstad dan sandera Indonesia lainnya.
Abu Sayyaf diyakini masih menahan sekitar 15 warga asing lainnya- termasuk 5 warga Malaysia, dan beberapa warga Filipina di Pulau Sulu.
Militer juga telah menyalahkan kelompok Abu Sayyaf menyusul penculikan terbaru dari 6 pelaut kapal berbendera Vietnam di dekat pulau Basilan serta penculikan seorang pria Jerman, yang pasangannya ditembak mati, dari kapal pesiar di wilayah Sulu.
Laporan-laporan Kepolisian dan Militer yang dirilis di Filipina pada bulan Oktober menyatakan bahwa Abu Sayyaf telah menggeser prioritas mereka dari menculik warga asing dan pengusaha di daratan, mereka kini memprioritaskan menyasar kapal-kapal berbendera asing dan awak-awak mereka, banyak diantara mereka adalah warga Malaysia dan Indonesia, di jalur pelayaran lokal .
Laporan itu juga mengungkapkan bahwa kelompok Abu Sayyaf menghasilkan sekitar 353 juta peso ($7,3 juta dollar) dari penculikan dengan tujuan uang tebusan, dalam enam bulan pertama tahun ini.
Sejak tahun 1991, kelompok Abu Sayyaf bersenjatakan dengan sebagian besar alat-alat peledak improvisasi, mortir dan senapan otomatis. Abu Sayyaf telah melakukan pemboman, penculikan, pembunuhan dan pemerasan dalam pertempuran untuk membentuk provinsi independen di Filipina.
Abu Sayyaf merupakan salah satu dari 2 kelompok milisi di selatan yang telah berbai’at kepada Islamic State (IS). Hal ini mendorong kekhawatiran selama proses perdamaian antara pemerintah dan kelompok Muslim Moro terbesar di negara itu, karena keberpihakan pada IS itu dapat memicu kembali bentrokan di wilayah yang selama beberapa dekade mengalami konflik bersenjata. [IZ]