JAKARTA, (Panjimas.com) – Pihak Kepolisian dan Badan Intelijen Negara harus turun tangan menyelidiki motif empat warga negara China menanam cabai secara ilegal di perbukitan kawasan Desa Sukadamai, Kecamatan Sukamakmur, Bogor. Kasus tersebut bukan lagi kewewangan pihak Imigrasi dan Badan Karantina Pertanian untuk menanganinya.
Perintahkan BIN selidiki motifnya & perintahkan polisi tegakkan hukum pd pelakunya. Amankan negara, lindungi rakyat,” jelas pakar hukum Prof. Yusril Ihza Mahendra lewat akun Twitter-nya (Jumat, 9/12). Demikian dilansir rmol.
Empat WNA diamankan petugas Imigrasi Bogor pada 8 November 2016 lalu karena pelanggaran izin tinggal. Keempat WNA itu bercocok tanam cabai. Badan Karantina Pertanian sudah menyita 5.000 batang cabai ilegal tersebut. Karena benih cabai yang dibawa dari China itu mengandung bakteri yang masuk dalam golongan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) golongan A1.
“Membahayakan tanaman sejenis, jelas bukan kegiatan petani biasa. Polisi patut menduga ini adalah kegiatan sengaja yang terencana dg rapi,” sambung Yusril.
Dalam bahasa politik, dia menjelaskan, kegiatan tersebut dapat digolongkan sebagai sebuah infiltrasi atau subversi untuk meruntuhkan ekonomi suatu negara. Bayangkan kalau cabai, bawang dan aneka sayuran kita musnah karena bakteri yang belum ada penangkalnya, negara pasti impor bahan-bahan tersebut.
“Darimana impornya? Tentu dari negara yg melakukan infiltrasi dan subversi untuk melemahkan ekonomi negara kita,” ungkapnya.
Akibatnya petani kita jadi miskin dan tak berdaya, sementara semakin banyak bahan-bahan kebutuhan yang harus diimpor. “Saya minta polisi menyelidiki masalah ini. BIN juga harus mencari tahu apa maksud dibalik WN China yg menanam cabe berbahaya itu,” tegas mantan Menteri Hukum dan HAM ini.
Dia mengingatkan apa yang dilakukan warga China tersebut jangan dianggap sepele oleh negara. Kegiatan infiltrasi dan subversi dari negara lain harus diwaspadai dan ditangkal. “Keselamatan negara harus diutamakan. Jaga kekuatan dan ketahanan nasional kita dari setiap bentuk infiltrasi!” demikian Yusril Ihza Mahendra. [RN]