SANA’A, (Panjimas.com) – Mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh yang merupakan salah satu tokoh pemberontakan menentang pemerintahan Yaman yang sah dibawah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi pada hari Jumat (09/12) mengecam sekutunya kelompok Syiah Houthi, karena tidak memasukkan anggota Partainya General People’s Congress (GPC) menjadi bagian dalam pemerintahan kabinet “national salvation” yang dideklarasikan Syiah Houthi beberapa waktu lalu.
Sebagaimana diketahui, kecaman Saleh terhadap sekutu dekatnya ini membuktikan adanya friksi besar dalam tubuh pasukan pemberontak, Saleh dan Houthi telah menjalin aliansi politik sejak 2014.
Berbicara kepada kader Partainya, General People’s Congress (GPC) pada hari Jumat (09/12), Ali Abdullah Saleh mengatakan bahwa anggota GPC sebagian besar “disingkirkan” dalam kabinet “pemerintah keselamatan nasional” yang dideklaraikan oleh Houthi bulan lalu di ibukota Sanaa, dilansir Anadolu.
Sejak 2014, ketika pasukan Pro-Saleh dan milisi Syiah Houthi menyerbu ibukota Sana’a, keduanya mempertahankan aliansi politik-militer ini dengan maksud untuk menggulingkan pemerintahan yang didukung Arab Saudi, dibawah pimpinan Presiden Abd Rabbuh Mansour Hadi.
Baru-baru ini, keretakan hubungan Saleh-Houthi mulai kentara antara pimpinan Houthi dan pasukan pro-Saleh.
Sejak Maret 2015, koalisi interansional yang dipimpin Saudi telah memerangi pemberontak Syiah Houthi yang disokong rezim Iran dan pasukan-pasukan yang setia kepada mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, Arab Saudi dan sekutu-sekutu negara Muslim Sunni meluncurkan kampanye militer besar-besaran yang bertujuan untuk mengembalikan kekuasaan yang diakui secara internasional dibawah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Arab Saudi dan para sekutunya melihat milisi Houthi sebagai proxy kekuatan Iran di dunia Arab. Koalisi militer Arab yang dipimpin oleh Saudi di Yaman terdiri dari Koalisi 10 negara yakni Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Yordania, Mesir, Maroko, Sudan, dan Pakistan.
PBB mengatakan bahwa setidaknya 5.700 orang, hampir 1/2 dari mereka adalah warga sipil, telah tewas sejak aliansi milite yang dipimpin Saudi melancarkan serangan udara sejak Maret lalu melawan Syiah Houthi dan sekutu-sekutu mereka.
Sementara itu sumber lain menyatakan bahwa, hampir 7.000 jiwa telah tewas dalam konflik Yaman – lebih dari setengah korban adalah warga sipil -. Sementara 3 juta lainnya diperkirakan telah mengungsi, di tengah penyebaran malnutrisi dan penyakit [IZ]