BAMAKO, (Panjimas.com) – Sekelompok Islamis diduga membebaskan 93 tahanan dalam operasi serangan di sebuah penjara di pusat kota Niono, Mali, pada hari Selasa pagi (06/12), demikian menurut laporan para pejabat.
Pembobolan Penjara di kota Niono ini merupakan yang kedua kalinya dalam beberapa pekan terakhir di Mali, di mana kelompok-kelompok pejuang Islam yang berbasis di gurun bagian utara Mali, melancarkan operasi-operasi mereka ke wilayah tengah dan selatan Mali, sehingga insiden ini memperumit upaya pihak internasional mendorong perdamaian.
5 pria bersenjata menyerang penjara Niono di sekitar pukul 01.15 GMT, para pelaku melukai 2 penjaga, kata Kementerian Keamanan Mali, dikutip dari Reuters.
90 tahanan lepas pada Selasa siang, sementara Ketiganya kembali dapat ditangkap. Tentara Mali sedang melancarkan operasi pengejaran para narapidana.
Tidak segera jelas siapa yang berada di balik serangan di penjara Niono itu, namun sejumlah kelompok Islamis, beberapa terkait dengan Al-Qaeda, telah meningkatkan operasi pemberontakan di Mali tahun ini.
Juru bicara militer Diarran Kone mengatakan, serangan itu memperlihatkan keunggulan dari para pengikut seorang karismatik bernama Amadou Koufa, seorang pemimpin sebuah kelompok Jihad Etnis Fulani, yakni Front Pembebasan Macina (Macina Liberation Front). Tidak jelas apakah ada anggota jihadis di dalam penjara Niono, Mali.
Bulan lalu, sekelompok pria bersenjata menyerang sebuah penjara di Mali selatan, dan membebaskan 21 narapidana. Tapi dua tahanan lainnya yang juga ingin mereka bebaskan ternyata sudah pindah, kata pihak berwenang.
Kelompok-kelompok Islam dilaporkan terlibat pemberontakan Tuareg di 2012 untuk merebut kota-kota di Mali yang terletak di sepanjang area padang pasir luas.
Pasukan Prancis menghalau gempuran mereka setahun kemudian, tetapi mereka telah melakukan reorganisasi, dan dalam beberapa bulan terakhir meluncurkan puluhan serangan di Mali.
Pada sebuah Forum Keamanan di Dakar, Selasa (06/12), para pejabat Perancis dan Amerika menyatakan keprihatinannya tentang kekerasan yang menyebar di Mali.
“Kejadian ini begitu mengkhawatirkan kami terutama di Mali Utara, yang hanya dalam waktu singkat mengalami peningkatan kekerasan di bagian selatan,” demikian pernyataan Wakil Laksamana AS Michael Franken, Wakil Komandan untuk operasi militer AS di Africom, kepada Reuters. [IZ]