KUALA LUMPUR, (Panjimas.com) – Perdana Menteri Malaysia pada hari Ahad (04/12) menegaskan “Sudah waktunya bagi Organisasi Kerjasama Islam (OKI), PBB dan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi, terlibat dalam langkah-langkah untuk mencegah genosida Muslim Rohingya di Myanmar, dilansir Arab News.
Dalam orasinya di depan sekitar 5.000 Muslim Malaysia di Kuala Lumpur, PM Najib Razak mengatakan pemerintah Myanmar harus menghentikan tindakan keras berdarah di Rakhine, yang telah membuat ribuan Muslim Rohingya melarikan diri, banyak cerita tentang pemerkosaan, penyiksaan, dan pembunuhan.”
“Apa gunanya Aung San Suu Kyi dianugerahi hadiah Nobel?” tanya PM Najib kepada kerumunan massa.
“Kami ingin memberitahu Aung San Suu Kyi, sudah cukup! … Kita harus, dan kami akan membela Muslim dan Islam,” ujar Najib kepada ribuan massa dengan meneriakkan Takbir “Allahu Akbar” (“Allah Maha Besar”).
“Kami ingin OKI (Organisasi Kerjasama Islam) untuk bertindak! Tolong lakukan sesuatu. PBB lakukanlah sesuatu. Dunia tidak bisa duduk dan menonton genosida yang terjadi,” kata PM Najib Razak.”
“Diperkirakan 21.000 Muslim Rohingya telah tiba di Distrik Cox Bazar antara 9 Oktober dan 2 Desember,” kata Sanjukta Sahany, Kepala kantor IOM di Distrik Cox Bazar kepada AFP melalui sambungan telepon.
“Hal ini didasarkan pada angka-angka yang dikumpulkan oleh Badan-Badan PBB dan LSM internasional” (organisasi non-pemerintah).”, pungkasnya.
Kedatangan ribuan Muslim Rohingya di Bangladesh menuturkan cerita-cerita mengerikan tentang pemerkosaan, penyiksaan, dan pembunuhan di tangan pasukan keamanan Myanmar.
Myanmar membantah tuduhan pelecehan seksual, tetapi pihak Myanmar melarang wartawan asing dan peneliti independen masuk ke daerah itu.
Mayoritas Muslim Malaysia baru-baru ini telah menyurakan kritik keras atas otoritas Myanmar dalam penanganan krisis Rohingya.
Bulan lalu pemerintah Malaysia memanggil Duta Besar Myanmar di Kuala Lumpur, sementara sekitar1,000 Muslim Malaysia dan pengungsi Rohingya berbaris melakukan aksi protes ke depan Kedutaan Myanmar di ibukota Malaysia dengan membawa spanduk-spanduk mengecam genosida Rohingya.
Seorang Menteri senior Malaysia telah meminta ASEAN, bersama dengan sepuluh negara anggota blok Asia Tenggara itu, untuk meninjau keanggotaan Myanmar, sementara itu pernyataan bernada keras dari Kementerian Luar Negeri Malaysia pada Sabtu (03/12) menuding Myanmar terlibat dalam “pembersihan etnis.”
Perlu dicatat bahwa PBB mengklasifikasikan minoritas Muslim Rohingya sebagai salah satu kelompok minoritas yang paling teraniaya di seluruh dunia.[IZ]