ALEPPO, (Panjimas.com) – Sekitar 20.000 penduduk Suriah telah melarikan diri dari serangan-serangan intensif pasukan Rezim Assad di Aleppo timur sejak Akhir November tepatnya Ahad (27/11), menurut laporan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) hari Selasa (29/11), dilansir Reuters.
Lembaga bantuan internasional itu mengatakan bahwa ICRC siap untuk mengatur evakuasi medis perjalanan yang aman bagi para pengungsi yang sakit dan terluka.
ICRC (International Committee of the Red Cross) juga menyerukan agar para warga sipil diizinkan keluar dengan aman dari sektor timur Aleppo yang terus menerus diblokade rezim.
ICRC menuntut dibukanya akses ke Aleppo timur, agar konvoi bantuan kemanusiaan ICRC dapat memasok makanan, obat-obatan dan pasokan bantuan lainnya. Untuk diketahui, sejak April, konvoi bantuan kemanusiaan tidak dapat memasuki Aleppo Timur.
Rezim Assad dan sekutu-sekutunya [Rusia dan Iran] bertujuan untuk mengakusisi wilayah kubu oposisi Suriah di Aleppo, sebelum Donald Trump dilantik sebagai Presiden AS pada Januari mendatang, demikian menurut seorang pejabat senior Aliansi militer pro-Assad.
“Dengan konflik tanpa akhir di Suriah, pertempuran atau memang perdamaian yang lebih luas bisa menghentikannya, ribuan warga sipil menghadapi perjuangan sehari-hari untuk bertahan hidup,” kata Marianne Gasser, Kepala Delegasi ICRC di Suriah, yang saat ini mengunjungi tempat penampungan untuk dihuni para pengungsi di Aleppo barat yang kini dikuasai pasukan Assad.
“Kebutuhan-kebutuhan yang besar, dan pertempuran yang sedang berlangsung serta ketidakamanan membuat pengiriman bantuan dan perbaikan sulit dilakukan,” pungkasnya, Marianne mencatat bahwa Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dan Bulan Sabit Merah Suriah (SARC) membantu untuk menggali sumur-sumur demi memastikan persediaan air.
Lebih dari 40.000 orang kini telah melarikan diri dari area pertempuran di Aleppo Barat, menurut ICRC, sehingga total yang telah meninggalkan kota sebelum perang kota meletus mencapai angka 60.000 jiwa, sejak Agustus. [IZ]