SUKOHARJO,(Panjimas.com) – Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Soloraya menggelar kajin bulanan di rumah Dr. Harun Al Rasyid, jl Solo-Sukoharjo Km 10, Sukoharjo, Ahad (4/12/2016).
Seiring panasnya isu penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), KAHMI pun membahas Hal itu. Mengundang Ustad Dr. Muinudinillah Basri MA., Ketua dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS), malam itu dibahas aksi Bela Islam III.
Dr.Endang Sutisna, Sekretaris KAHMI Soloraya berkesan dengan aksi Bela Islam yang dilaksanakan jutaan umat Islam serta peran HMI.
“Demo kemarin mengingatkan kita tentang persatuan dan kesatuan perjuangan. Dan banyak anggota KAHMI yang ikut acara pada 212 itu, terpanggil, tergugah sehingga menyentuh. Dan momentum ini tidak hanya sekeder pintu masuk, Allah memberikan pertolongan para malaikatNya” katanya.
Sementara itu, Ustadz Muin menjelaskan pokok utama perjuangan organisasi ataupun Negara terletak pada aqidah yang benar.
“Kita bisa menyatakan Negara sehat atau organisasi sehat manakala konkritnya adalah nilai aqidah. Jadi orang itu kita terima atau tidak, kita hormati atau tidak, tergantung sejauh mana dia dengan nilai perjuangan. Termasuk juga duit kita terima atau tidak, bantuan kita terima atau tidak, tergantung apakah mendukung perjuangan atau menjual perjuangan” ujarnya.
Ustadz Muin mengatakan sebaliknyan jika orientasi pada materi dunia, maka dipastikan suatu organisasi ataupun Negara akan dinyatakan sakit bahkan mati.
“Negara itu mati, organisasi itu mati, kalau orientasinya adalah materi. Datangkan materi atau tidak, termasuk agama diterima atau tidak tergantung mendatangkan materi atau tidak. Kalau itu sudah mati, wallahu’alam Indonesia ini masih sehat wal ‘afiat atau sudah sakit atau barangkali sudah sakaratul maut atau mungkin sudah wafat” katanya.
Aksi Bela Islam III telah memberikan pelajaran bahwa Bhineka Tunggal Ika yang sejatinya, figur representasi berbagai etnis yang taat, tunduk serta patuh hanya kepada Allah. Aksi tersebut lah yang menurut ustadz Muin sebagai kebinekaan yang benar, sedang Parade Kita Indonesia lebih mengedepankan adu Partai , aksi bayaran, dan tekanan.
“Alhamdulillah ternyata pada Aksi kemarin memberikan gambaran bahwa bangsa Indonesia sungguh Bhineka Tunggal Ika beda dengan kemarin itu (412). Bhineka Tunggal Ika dari berbagai etnis ternyata satu mencintai Allah, semua digerakkan oleh Al Quran. Saya kira sulit tanpa digerakkan aqidah, untuk mengumpulkan 7 juta orang, walaupun dikasih duit berapapun mustahil menggerakkannya” tuturnya. [SY]