JAKARTA, (Panjimas.com) – Ada yang tanya, Habib ini kenapa aksi bela Islam I, II, III, dan kalau orang betawi bilang kalau 1,2,3 kalau sudah dibilangin ya tempeleng saja. Peringatan itu tiga kali. Jadi tidak ada lagi aksi bela Islam ke 4, maka yang ada revolusi.
Pernyataan itulah yang disampaikan oleh Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab Ahad, (4/12) di Markaz Syariah DPP FPI Jl. Petamburan III No. 17 Kel. Petamburan Kec. Tanah Abang Jakarta Pusat, saat menghadiri acara Majelis Rutin Markaz Syariah Petamburan. Adapun tema yang diangkat pada acara tersebut “Evaluasi Aksi Bela Islam III”.
Beberapa tokoh hadir dalam kegiatan tersebut diantaranya, KH. Drs. Syeikh Misbakhul Anam, Muhammad Al Khathathath dan tokoh lainnya.
“Kita akan melakukan evaluasi daripada aksi bela Islam ke III. Perlu saya umumkan dulu dan beritahukan pada 6 Oktober ketika FPI DKI melaporkan kasus penistaan agama oleh Ahok, jujur saat itu sikap Polisi enggan untuk menindaklanjuti laporan. Setelah kita datangi berkali-kali keenganan itu makin nampak. Sehingga tercetus aksi bela Islam pertama di Kantor Balaikota dan Bareskrim. Dan laporan itu menjadi diprosesnya.” Ujar Habib Riziq Shibab.
Proses itu kita ikuti, setelah kita ikuti ada aroma intervensi dari kalangan parpol berkuasa dan Istana, sehingga Polisi jadi kikuk. Ditekan dari penguasa, dan umat Islam ikut mendorongnya. Sehingga muncul lagi aksi bela Islam ke 411. Dan terjadi letupan didepan Istana. Hasilnya adalah Polisi berani maju selangkah dengan menetapkan Ahok menjadi tersangka.
“Tidak benar jika demo Ahok ini tidak ada gunanya. Aksi tekan dan dorong bukan aksi sembarangan. Setelah ditetapkan sebagai tersangka kami datangi Mabes Polri dan audiensi dengan Kapolri minta Ahok segera ditahan.” Tambahnya.
Jika tidak ditahan, kami umumkan lagi Aksi Bela Islam III pada tanggal 2 Desember. Dan setelah diumumkan, luar biasa pengembosannya sangat kuat. Bela Islam 2 digembosi tapi mereka gagal, dan mereka tingkatkan penggembosan di bela Islam III. Hingga terang-terangan instruksi ke Kapolda agar masyarakatnya tidak usah ke Jakarta, dan PO Bus tidak mengangkut. Di Jakarta saja bikin selebaran via Hellikopter, dan fitnah ada aksi makar.
Ada fatwa dari pimpinan ormas Islam besar shalat Jumat di jalan tidak sah. Ada Hellikopter di Bakahuni, agar masyarakat tidak bisa menyeberang melalui Merak.
Habib Riziq juga memberikan apresiasinya kepada Umat Islam Ciamis yang rela berjalan kaki menuju Monas.
“Umat Islam Ciamis, Bandung, Bogor, dan dari Jakarta malu ikutan jalan kaki juga. Sampai saya punya istri ikutan malu jalan kaki sampai ke Monas. Energi Ciamis luar biasa, tidak ada kekuatan yang bisa menggembosi karena anugerah dan pertolongan Allah SWT.”ungkapnya.
Diperkirakan peserta aksi 411 itu yang turun 3,2 Juta. Sementara aksi 212 disepakati jumlahnya itu lebih dari 2x lipat 212. Itungan itu logis dan ilmiah, sementara aksi 212 kemarin foto google map menunjukkan kepadatan lebih 2x lipat 411. Diperkirakan 7,5 Juta orang, itu karena anugerah Allah. Tidak ada seorang Habib, Syekh, ormas, apalagi parpol yang mampu mengumpulkan orang sebanyak itu dengan membela agama. Itu terjadi bukan lain karena pertolongan Allah.
Semua keindahan persatuan persaudaraan umat Islam bela Islam I dan II da ke III jauh lebih jelas dan nyata. Pada bela Islam II itu saling menjaga dan melindungi hanya dilokasi aksi. Tapi aksi 212 ini tidak hanya dilokasi aksi saja tapi sudah masuk ke daerah-daerah. Nuansa sentuhannya sangat terlihat.
Aksi bela Islam 212 semua dilarang shalat Jumat di HI harus di Monas. Dan ketika diterima di Monas Shaf paling belakang sampai ke arah Senen cempaka Putih, dan kanannya sampai ke Bundaran HI. Awalnya dilarang, akhirnya terpakai juga. Itu karunia siapa, Allah. Yang pingin shalat Jumat di Bund HI yaitu Allah, itu kehendak Allah.
“Aksi bela Islam ke III semua diprotes oleh aparat bahkan digembosi oleh aparat dimana-mana digembosi. Pemerintah ikut gembosi, detik-detik akhir pemerintah ikut memfasilitasi. Siapa yang membolak-balikkan hati? Allah.” Katanya.
Ada yang tidak kalah menarik, sampai hari Kamis petinggi Islam termasuk MUI agar Presiden ikut hadir di shalat Jumat. Tapi Presiden tidak mau hadir dibilang itu orang-orang aliran keras. Intelijen bilang bahaya. Yang mengelola intelijen istana adalah Gorries Mere, jadi jangan kesana. Presiden bingung, tapi subhanallah didetik-detik akhir Presiden mau hadir. Sampai menjelang Jumat KH. Ma’ruf Amin tidak bisa datang dan Wakilnya juga tidak datang.
Karena kedua orang tua ini tidak hadir, teman-teman mendaulatkan saya sebagai khatib nya. Baru mau shalat Jumat, Presiden mau datang mendadak. Dan siangnya pada posisi Presiden tidak mau menolaknya. Yang berlaku karena kehendak Presiden atau Allah. Siapa yang Maha Kuasa dan Maha Kuat. Datangnya pas, pas sebelum khutbah dimulai, jadi isi khutbah dimulai. Tidak ada rekayasa manusia.
Dengan kuasa Allah sejak acara dimulai 8 pagi dan sejak Jumat, Allah kasih suasana sejuk. Tidak ada rasa panas, dan tidak kasih hujan. Dzikirnya tertib, doa nya tertib karena kuasa Allah. Begitu shalat Jumat, panitia kebingungan wudhunya bagaimana. Bagaimana mereka mau ambil tayamum. Madzab syafii kan tidak bisa tayamum di aspal.
Menjelang adzan pertama, Allah beri air langit dan umat ambil air wudhu dan badannya dibasahin dengan air. Lelah, capek hilang. Waktu hujan datang apa ada yang lari. Siapa yang Maha Kuasa dan Agung? Allah.
Terakhir, begitu hujan diturunkan orang ambil wudhu begitu masuk khutbah, hujan berhenti. Apa itu bisa diatur dengan manusia. Dengan penjelasan itu saya mau tanya, aksi 212 itu dibantu, ditolong ama siapa. Berarti aksi 212 itu kalah atau menang, kalah atau berkah. Manusia jutaan hadir itu tidak terjadi kerusuhan. Ini bukan saja sejarah pertama di Indonesia dan didunia. Jumat tertib, shalatnya tertib, semua satu tujuan untuk membela Islam semua terjadi dengan pertolongan siapa.
7 juta orang lebih turun kemarin, apa ada yang kekurangan air dan kekurangan makan. 300 bus akhirnya disiapkan pemerintah. Itu semua anugerah siapa? Siapa yang Maha Besar dan Kuasa serta Maha Agung.
“Setelah saya jabarkan itu semua yang penting kita evaluasi adalah banyaknya turun kemarin menjadi penyebab sombongnya kita, jangan takabbur. Jadi kita harus bersyukur agar nikmat ini ditambah lagi oleh Allah SWT.” Pungkasnya. [RN]