JAKARTA, (Panjimas.com) – Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah mendapat undangan untuk bergabung dalam aksi 4 Desember. Mensikapi hal itu Ketua PP Pemuda Muhammadiyah tidak menghimbau dan melarang anggotanya dalam kegiatan tersebut.
“Secara resmi saya dan Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah diundang oleh Aliansi Kebangsaan Indonesia (AKI) hari Ahad, (4/12) di Bundaran Hotel Indonesia untuk acara yang mengusung tema Kita Indonesia.” Ujar Dahnil Anzar Simanjuntak, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Sabtu, (3/12).
Untuk seluruh Sahabat Pemuda Muhammadiyah di seluruh Indonesia. PP Pemuda Muhammadiyah secara resmi tidak menghimbau dan juga tidak melarang Sahabat semua untuk hadir dan bergabung dengan acara yang akan digelar di Bundaran Hotel Indonesia.
Dahnil Anzar menambahkan, kehadirannya atau ketidakhadiran anda adalah hak konstitusional anda sekalian. Saya tentu menghormati sepenuhnya.
Namun, Pemuda Muhammadiyah terang adalah Pemuda Islam Indonesia. Kita Indonesia. Kita Pemuda Islam Indonesia yang berhimpun di Pemuda Muhammadiyah tidak bergabung dengan, pagelaran pesta “kita Indonesia” di Bundaran Hotel Indonesia pada tanggal 4 Desember 2016 tersebut.
“Mari rawat terus kebhinekaan dan toleransi kita bersama. Kebhinekaan yang otentik. Toleransi yang sejati. Bukan kebhinekaan dan toleransi yang dipenuhi kepura-puraan dan atraksi.”
Selanjutnya, Pemuda Muhammadiyah menyatakan berterimakasih atas kehormatan yang diberikan kepada Pemuda Muhammadiyah dan saya atas undangan yang disampaikan tersebut. Saya turut ikut senang dan berdoa agar seluruh agenda pada acara tersebut berjalan dengan lancar dan penuh kebaikan. Sehingga, semua cita yang diharapkan bisa tercapai.
Semoga acara yang kebetulan bersamaan dengan Car Free Day tersebut sukses membangun kesadaran kolektif yang Hadir bahwa kita Indonesia dan kita memang beragam tidak perlu diseragamkan. Semoga pesta musik dan tarian-tarian yang ditampilkan mampu diresapi dalam hati sehingga memberikan kekuatan hati yang sejati, dimana keberagaman dan keIndonesiaan itu ada dihati dan laku, bahwa keIndonesiaan itu bukan propaganda.
“Bahwa, Kebhinekaan dan Toleransi itu bukan komoditi perdagangan, apalagi instrumen rente. Kebhinekaan itu adalah jiwa dan hati yang diterapkan dalam hidup sehari-hari.” Tegasnya. [RN]