JAKARTA, (Panjimas.com) – Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI) Ustad Bachtiar Nasir juga menegaskan negara telah gagal dalam memahami situasi yang menyebabkan jutaan umat Islam sudah tiga kali melakukan Aksi Bela Islam.
Menurutnya, kesalahan kepala Negara dalam memahami situasi ini seorang aksi ini urusan politik.
“Terjadi benturan saat ini, kalau sampai Negara gagal membaca situasi ini, semata-mata urusan politik, apakah orang Ciamis jalan kaki hanya untuk urusan Pilkada? Tidak, tapi karena Al-Quran,” tegas Bahtiar.
Selain itu, pria yang suka dipaggil UBN juga menjelaskan berbagai tuduhan bila aksi ini ada grand design.
Menurutnya, grand design yang bisa menggerakkan jutaan orang seperti ini hanya Al-Quran Surat Al-Ma’idah.
“Grand design GNPF apa sih? Mau kemana? Kami tak punya grand desaign, kami hanya menjalankan grand design Allah dari surat al-Maidah,” ungkapnya dalam orasi sebagaimana pantauan Islamin News Agency (INA).
Dalam Surat al-Maidah, bahtiar menjelaskan bahwa Allah akan mendatangkan suatu kaum.
“Saya tidak ingin mengancam, tapi dalam Surat al-Maidah dikatakan andai murtad dari hukum Allah, maka Allah akan datangkan kaumnya dan hari ini kaum itu sidah datang,” jelasnya.
Salah satu ciri kaum tersebut, lanjut Bahtiar menyampaikan bahwa kaum tersebut adalah yang dicintai oleh Allah.
“Kaum yang dicintai oleh Allah Subhanahu Wata’ala, kaum yang tidak ada urusanya dengan politik,” lanjutnya.
Selain itu, kaum tersebut juga dicirikan sebagai kaum yang lembut terhadap umat Islam dan tegas terhadap orang kafir, kata Bahtiar.
“Mereka adalah kaum baru yang lemah lembut kepada mukmin dan tegas kepada kafir,” imbuhnya.
Mereka pun, lanjut bahtiar, merupakan kaum yang tidak takut dihina siapapun.
“Mereka tidak takut dicela, tidak takut dibully,” ujarnya.
Melihat masa yang diluar perkiraan, bahtiar menyebutkan Allah lah yang mengumpulkan jutaan peserta aksi yang hadir sampai ke luar Monumen Nasional (Monas).
“Yang mengumpulkan kita adalah Allah, shaf kita sampai Jalan Thamrin, Bundaran HI,” ungkapnya terharu.[RN/Ali Muhtadin /INA]