ANKARA, (Panjimas.com) – Tokoh Islam dan Ulama Turki menyerukan perlunya fokus umat Islam pada nasib Muslim Rohingya di Myanmar. Ia juga menegaskan bahwa nasib mereka (Muslim Rohingya) tidak harus dibayang-bayangi dengan penderitaan-penderitaan Muslim di belahan dunia lainnya seperti Suriah.
Prof. Dr. Mehmet Gormez, Kepala Direktorat Urusan Agama Turki, membuat pernyataan itu dalam pertemuannya dengan Kepala Arakan Rohingya Union (ARU) Dr. Wakar Uddin di ibukota Ankara, pada Selasa (22/11), demikian seperti dilansir Anadolu.
“Di balik kabut di [kota Suriah] Aleppo di dekat kami, [penderitaan] Rohingya [di Myanmar] tidak terlihat. Ketika api-api kemarahan tersulut di banyak ibukota negara Islam, umat Islam hanya melihat asap konflik yang terjadi di Suriah, ” kata Prof. Mehmet Gormez.
“Tapi mereka mengabaikan Rohingya, Myanmar dan Arakan [nama lama untuk Negara Rakhine], di mana ada penderitaan yang lebih besar.”, tandasnya.
“Karena kelalaian ini, negara bagian di Myanmar dan Burma itu kini meningkatkan tekanannya pada Muslim,” imbuhnya.
Prof. Dr. Mehmet Gormez menambahkan Direktorat Urusan Agama Turki dan Yayasan Keagamaan Turki masih terus berupaya melakukan yang terbaik bagi umat Islam di Myanmar.
Dia mengatakan itu merupakan tugas dari seluruh dunia untuk mengakhiri penindasan atas Muslim Rohingya.
Ia pun mendesak Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk mengatasi masalah Rohingya ini sebagai tugas utama OKI.
Didirikan pada tahun 1969, OKI beranggotakan 57 negara Islam, OKI merupakan organisasi internasional yang bekerja untuk melindungi kepentingan dunia Islam dalam semangat mempromosikan perdamaian internasional dan harmoni.
Turki telah menjadi anggota OKI sejak tahun 1969.
Secara terpisah, Prof. Mehmet Gormez mengatakan bahwa pihaknya telah memberikan bantuan kemanusiaan kepada 16.000 Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine selama Ramadhan terakhir ini; selain itu, 11.000 hewan juga dikurbankan untuk Muslim Rohingya selama Idul Adha.
Dr. Wakar Uddin selaku Kepala Arakan Rohingya Union, berterima kasih kepada Turki untuk semua bantuannya kepada Muslim Rohingya.
“Terima kasih telah menerima kami. Terima kasih Turki karena negara ini yang paling membantu kami Muslim Rohingya. Kami merasa terhormat dengan hal ini. Kami mendapatkan kekuatan dari Anda [rakyat Turki],” ujarnya.
Pasukan keamanan Myanmar telah mengunci, memblokade dan memberlaukan negara bagian Arakan dalam zona operasi militer sejak pekan lalu, ketika 3 pos keamanan perbatasan diserang. Pemerintah mengklaim para penyerang adalah anggota sebuah kelompok ekstremis bersenjata dan operasi kontraterorisme diluncurkan.
Setidaknya 130 orang tewas sejak operasi militer dimulai di Maungdaw, di bagian utara negara Arakan, yang juga dikenal sebagai Rakhine, sementara itu menurut pengacara dari Arakan Rohingya National Organization, sedikitnya 150 Muslim Rohingya tewas di wilayah barat negara bagian Rakhine sejak Sabtu (12/11).
Maungdaw sebagian besar dihuni oleh Muslim Rohingya , kelompok minoritas teraniaya dan tak diakui kewarganegaraanya, di Maungdaw, Rohingya berjumlah sekitar 1,1 juta jiwa. Pemerintah Myanmar melihat mereka sebagai imigran ilegal dari Bangladesh, meskipun mereka telah tinggal di negara itu selama beberapa generasi.
Bahkan sebuah rencana Kepolisian baru-baru ini mengumumkan untuk mempersenjatai dan melatih kekuatan sipil para warga non-Muslim dari Arakan, dan hal ini cenderung meningkatkan ketegangan sektarian.
Kekerasan sangat mempengaruhi Muslim Rohingya. Sekitar 100.000 masih hidup dalam keterbatasan di tempat-tempat kumuh di mana mereka dilarang pergerakannya, dibatasi aksesnya terhadap pendidikan dan kesehatan. Puluhan ribu Rohingya telah melarikan diri dengan perahu, banyak dari mereka meregang nyawa di lautan yang berbahaya.
Muslim Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar sejak pertengahan 2012 setelah kekerasan komunal pecah di Rakhine antara etnis Rakhine Buddha dan Muslim Rohingya, menewaskan lebih dari 100 orang dan memaksa sekitar 140.000 Muslim Rohingya mengungsi.
Menurut perhitungan lainnya, Kekerasan tahun 2012 tersebut membuat sekitar 57 Muslim dan 31 Buddha tewas, sekitar 100.000 korban lainnya mengungsi di kamp-kamp dan lebih dari 2.500 rumah dihancurkan -. yang sebagian besar milik Muslim Rohingya
Komunitas Muslim Rohingya menurut penyelidikan PBB termasuk diantara kelompok-kelompok minoritas yang paling teraniaya di dunia.[IZ]