YANGOON, (Panjimas.com) – Surat kabar “Myawaddy” yang dikelola pihak militer Myanmar menuduh bahwa serangan-serangan pembakaran massal di desa-desa Muslim Rohingya di Rakhine yang kini berada di bawah kontrol militer Myanmar, merupakan ulah sepihak warga desa-desa Muslim Rohingya untuk membangkitkan simpati global.
Sementara itu, kelompok Muslim Rohingya mengatakan bahwa pembakaran dan penghancuran massal merupakan taktik militer Myanmar untuk menghapus desa Muslim Rohingya dan kemudian membelokkan opini dengan menyalahkan mereka.
Menanggapi polemik tersebut, pada hari Rabu (16/11), Shwe Maung, seorang Muslim Rohingya mantan anggota Parlemen Myanmar, menggambarkan bahwa laporan media pemerintah itu “konyol”!, dikutip dari Anadolu Agency.
Shwe Maung pun menegaskan bahwa “taktik” semacam itu telah lama digunakan oleh militer Myanmar di Maungdaw sebelumnya.
“Ini bukan berarti hal itu aneh, karena warga desa Muslim Rohingya juga disalahkan ketika tentara dan polisi membakar rumah-rumah di desa Du Chi Yar Tan,” jelasnya,
Shwe Maung mengacu pada sebuah kejadian pada bulan Januari 2014 di mana 48 Muslim Rohingya dilaporkan tewas.
“Pemerintah harus menyelidiki apa yang terjadi di Maungdaw, bukannya menyalahkan korban lagi dan lagi.”
Ratusan Muslim Rohingya tewas akibat serangan militer Myanmar sejak Sabtu (12/11). Menurut pengacara dari Arakan Rohingya National Organization, sedikitnya 150 Muslim Rohingya tewas di wilayah barat negara bagian Rakhine sejak Sabtu (12/11).
Sebuah tim inspeksi militer mengklaim pada Rabu (16/11) bahwa 185 bangunan dibakar di 4 desa Muslim Rohingya di Maungdaw, sementara menurut laporan HRW pada tanggal 13 November yang memanfaatkan citra satelit berhasil mengidentifikasi 430 bangunan hancur di daerah itu.
HRW mengidentifikasi total sebanyak 430 bangunan hancur di 3 desa Muslim di kabupaten Maungdaw utara, berdasarkan analisis citra satelit beresolusi tinggi yang tercatat dipotret pada pagi hari tanggal 22 Oktober, 3 November, dan 10 November 2016. Dari jumlah ini, sebanyak 85 bangunan hancur di desa Pyaung Pyit (Ngar Sar Kyu), sementara 245 bangunan hancur di desa Kyet Yoe Pyin, dan 100 bangunan lainnya juga hancur di desa Wa Peik (Kyee Kan Pyin).[IZ]