YANGOON, (Panjimas.com) – Human Rights Watch (HRW) menyatakan bahwa gambar-gambar satelit beresolusi tinggi menunjukkan “820 bangunan yang baru diidentifikasi hancur di 5 desa Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine Myanmar, dilansir IINA.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada hari Senin (21/11), kelompok organisasai HAM yang berbasis di New York, AS itu mendesak pemerintah Myanmar segera bertindak untuk mengundang PBB dalam rangka membantu penyelidikan, agar hasilnya lebih berimbang.
Pemerintah Myanmar telah mengakui bahwa Mereka telah menggunakan helikopter tempur untuk mendukung pasukan darat dalam operasi militer kontra-pemberontakan di daerah itu, sejak sembilan polisi tewas dalam serangan pos perbatsan bulan lalu, demikian menurut laporan media setempat.
Muslim Rohingya menjadi target kekerasan di negara bagian Rakhine di mana mayoritas Buddha melihat mereka sebagai imigran ilegal meskipun telah mendiami wilayah tersebut selama beberapa generasi.
Ketegangan meletus di Arakan sejak gelombang kerusuhan komunal antara umat Buddha dan Muslim di 2012 menewaskan lebih dari 100 orang dan memaksa sekitar 140.000 Muslim Rohingya mengungsi.
Bahkan sebuah rencana Kepolisian baru-baru ini mengumumkan untuk mempersenjatai dan melatih kekuatan sipil para warga non-Muslim dari Arakan, dan hal ini cenderung meningkatkan ketegangan sektarian.
Kekerasan sangat mempengaruhi Muslim Rohingya. Sekitar 100.000 masih hidup dalam keterbatasan di tempat-tempat kumuh di mana mereka dilarang pergerakannya, dibatasi aksesnya terhadap pendidikan dan kesehatan. Puluhan ribu Rohingya telah melarikan diri dengan perahu, banyak dari mereka meregang nyawa di lautan yang berbahaya.[IZ]