JAKARTA, (Panjimas.com) – Dewan Pembina Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI), Habib Rizieq Shihab menilai sikap presiden yang enggan menemui ulama sebagai penistaan Ulama.
“Kami sangat tersinggung dan kecewa oleh penistaan ulama yang dilakukan presiden tapi kami tetap pada tema kami bela islam. Ini penistaan terhadap ulama, ini pelanggaran sangat serius,” katanya dalam konferensi pers di Tebet, Jum’at (18/11).
Ditanya soal undangan Presiden terhadapnya, Habib membantah tidak ada satu pun undangan untuknya dari Presiden.
“Tidak ada satupun kontak dari presiden mau bertemu atau berdialog,” ujarnya.
Habib menilai aksi 411 lalu sebagai peluang emas bagi Presiden di hadapan umat Islam Indonesia.
“Sebetulnya aksi bela islam yang lalu itu merupakan peluang emas untuk presiden dengan ulama dan habaib tentang isu yang sangat prinsip, tentang NKRI, tentang hukum,” ungkapnya.
Konferensi Pers juga dihadiri oleh ketua GNPF-MUI, Ustadz Bachtiar Natsir, Wakil Ketua GNPF-MUI, Ustadz Zaitun Rasmin, Kordinator Lapangan, Munarman, serta beberapa perwakilan ormas baik Islam maupun Nasional. [TM]