JAKARTA, (Panjimas.com) – Ramainya dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), tak lepas dari pemberitaan di media. Menurut Dosen Jurnalistik Fikom Unpad, Maimon Herawati M.Litt, ada dua kubu pemberitaan antara yang pro dan kontra. Demikian dilansir Jitu News Agency.
Namun secara ideologi, banyak media menunjukan keberpihakannya pada Ahok. Atau, media yang menentang terjadinya aksi 4 November lalu, dan memberitakan berita yang ‘kurang sedap’ atas demonstrasi besar itu.
Terkait media pro-Ahok, ia menuturkan sebabnya ada dua. Pertama, karena hirarki pengaruh. Bisa jadi, kata Maimon, ada banyak jurnalis di bawah media tersebut yang tak setuju, tapi penentuan produksi berita ada di tangan kordinator liputan atau redaktur.
“Dan titik berdiri para redaktur ini yang mempengaruhi titik berdiri suatu media,” jelas ahli ilmu komunikasi ini kepada JITU News Agency (JNA), pada Senin (14/11/2016).
Kedua, media yang oportunis. Kategori kedua ini, ujarnya, menjadikan isu penistaan agama sebagai alat untuk kepentingan bisnis pemilik media. Tak peduli pada siapa berpihak, yang penting bagi media tersebut adalah jumlah klik yang membuat mereka mendapat uang dari iklan yang masuk.
Kendati banyak media menunjukan keberpihakannya pada Ahok, Maimon menyebut tak sedikit pula yang idealis. Mereka mencoba melawan arus media mainstream dengan menyajikan berbagai sudut pandang berita yang menuntut kasus penistaan agama tersebut segera ditangani secara adil.
“Saya lihat, ada beberapa media yang idealis, tapi hanya sedikit jumlahnya,” kata salah satu pendiri Forum Lingkar Pena (FLP) ini. [RN/Aghniya]