YERUSALEM, (Panjimas.com) – Presiden Palestina Mahmoud Abbas baru-baru ini mengeluarkan pernyataan mengejutkan bahwa Ia mengetahui orang yang bertanggung jawab atas kematian mendiang pemimpin Palestina Yasser Arafat, yang meninggal secara misterius tepat 12 tahun yang lalu, dilansir Anadolu.
Abbas membuat pernyataan tersebut dalam sebuah ceramah yang disampaikan pada hari Kamis (10/11), saat upacara peringatan 12 Tahun wafatnya Yasser Araafat yang diselenggarakan oleh gerakan Fatah Palestina.
“Penyelidikan kematian Arafat sedang berlangsung,” pungkasnya.
“Sementara Saya tahu siapa yang bertanggung jawab, kata-kata saya saja tidaklah cukup.”, imbuhnya
“Komite Penyelidikan akan mengetahui rincian-rinciannya dan mengungkapkan nama-nama pelaku pada saat yang tepat,” tandasnya.
Abbas menambahkan, “Anda akan terkejut dengan hasil [penyelidikan] dan aktor yang berdiri di belakang kejahatan ini [pembunuhan Arafat].”
Pada 11 November 2004, Arafat meninggal dunia di Perancis – dalam keadaan yang sangat mencurigakan – pada usia 75 tahun.
Penyebab pasti kematiannya belum pernah secara tegas ditentukan.
“Tuntutan Lama”
Abbas menegaskan bahwa Organisasi Pembebasan Palestina [PLO] adalah “satu-satunya wakil dari rakyat Palestina”, Ia jugamenambahkan: “Kami berkomitmen atas tuntutan rakyat Palestina yang telah berlangsung sejak lama, dengan maksud untuk membangun sebuah negara [Palestina].”
Berkenaan dengan proses perdamaian yang hampir kandas, Abbas menyatakan pihaknya ingin penyelesaian akhir secara damai dengan Israel berdasarkan “keadilan dan kesetaraan” di mana negara Palestina – dengan wilayah Yerusalem Timur sebagai ibukotanya – dapat berdiri.
“Kami juga menegaskan kembali bahwa bangunan pemukiman [Israel] [di tanah Palestina yang dicaplok itu] adalah “ilegal” dan kami tidak akan lagi menerima hal itu,” imbuhnya.
“Israel menghindari proses perdamaian dan pelaksanaan kesepakatan yang ditandatangani,” tandas Abbas.
“Kami sudah mencari alternatif lain dan berharap konferensi perdamaian mendatang di Paris akan sukses.”
“Israel menginginkan perundingan bilateral,” pungkasnya. “Kami telah mencoba negosiasi seperti sebelumnya dan itu tidak berhasil. Harus ada seorang arbitrator internasional.”
Lebih lanjut, Abbas menekankan bahwa kepemimpinan Palestina masih berupaya mendapatkan hak keanggotaan penuh PBB dan pihaknya juga berharap dapat menyerahkan rancangan resolusi ke Dewan Keamanan PBB, dimana resolusi itu akan mengutuk pembangunan pemukiman ilegal Israel.
Mengenai rekonsiliasi dengan Gerakan Perlawanan dan Perjuangan Palestina lainnya Hamas, yang telah memerintah wilayah Jalur Gaza sejak 2007, Abbas mengatakan, “Solusinya adalah untuk kembali kepada rakyat Palestina sebagai sumber utama otoritas dengan mengadakan pemilihan Presiden, Parlemen dan Kota secara bebas.”
“Negara[Palestina] tidak akan terbatas pada Jalur Gaza, tetapi ada pula kemungkinan bahwa tidak ada negara [Palestina] tanpa Gaza,” tandas Abbas. [IZ]