JAKARTA, (Panjimas.com) – Aksi unjuk rasa 4/11 telah berlangsung damai dan bermartabat. Publik memuji aksi damai tersebut sebagai gerakan people power terbesar yang pernah ada. Peran para para ulama dalam membimbing umat dalam aksi itu patut diberi pujian dan apresiasi yang tinggi.
Namun, belakangan muncul sentimen negatif terhadap aksi damai tersebut. Terutama mencoba mengungkit kejadian rusuh selepas Isya yang mestinya aksi itu telah usai sebelum pukul 18.00 WIB. Aksi rusuh itu telah sedikit menodai aksi damai. Namun telah dibantah jika aksi rusuh itu dilakukan pengunjuk rasa melainkan oleh provokator beratribut tertentu.
“ Bahwa aksi unjuk rasa damai umat Islam pada tanggal 4 November 2016 lalu adalah aksi bermartabat yang memuat seruan kebangsaan meneguhkan kembali Pancasila sebagai falsafah berbangsa dan bernegara kita.” Ungkap Sekjend Pengurus Pusat Pemuda Hidayatullah (PP Syabab Hidayatullah) Suhardi Sukiman melalui releasenya Senin, (14/11).
Umat Islam dan semua komponen umat harus terus berjuang membela otentisitas Pancasila dan menjaga Kebhinnekaan dari pihak-pihak yang ingin meruntuhkannya. Tindakan penistaan terhadap agama sejatinya merupakan cermin ketidakcakapan pelaku memahamai lanskap Indonesia sebagai negara-bangsa majemuk yang diwariskan oleh para ulama dan pejuang kemerdekaan dengan darah sehingga warisan mulia ini harus kita jaga bersama.
Pengurus Pusat Pemuda Hidayatullah menilai, aksi damai 4/11 merupakan pengewajantahan sarat nilai kejuangan untuk meneguhkan Pancasila dan menegakkan semboyan Bhinneka Tungga Ika sebagaimana juga telah dilakukan Pahlawan Nasional RI, H.O.S Tjokroaminoto, yang membentuk sebuah gerakan bernama Tentara Kanjeng Nabi Muhammad (TKNM) untuk melawan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW yang dilakukan Djojodikoro dalam sebuah artikelnya berjudul “Pertjakapan Antara Martho dan Djojo” tahun 1918. Dari peristiwa ini, umat Islam menunjukkan komitmennya membela bangsa dan menjaga keutuhan NKRI dari segala upaya yang ingin memecah belah.
“Perlunya memperhatikan nasihat ulama bahwa kaum muslimin Indonesia harus memperbaiki kualitas perjuangan dengan tetap menjaga kemurnian tujuan aksi bela Al-Quran. Perjuangan jangan sampai tercampur dengan isu disintegrasi kawasan, isu khilafah, pendirian negara Islam, dan sebagainya, karena isu-isu tersebut berpotensi menjadi alat pukul balik terhadap kaum muslimin itu sendiri dan dapat mengakibatkan umat Islam bercerai-berai.” Tambahnya.
Mendorong umat Islam dan kaum muslimin untuk selalu mempelajari Al-Qur’an kepada ulama dan ahli-ahli yang berkompeten untuk itu. Dengan pemahaman yang benar dan universal terhadap Al Qur’an, akan melahirkan sumber daya insani yang di dalam tubuhnya mengalir darah Merah Putih dan tarikan nafas kehidupannya terpancar kalimat Laa Ilaaha Illallah. Berjuang bela Pancasila, terpatri jiwa pembela NKRI, serta merawat rajutan kenhinnekaan karena dilandasi kecintaannya terhadap Al-Qur’an dan agamanya. [RN]