JAKARTA, (Panjimas.com) – “Saya menolak Ahok bukan karena dia Kristiani atau Tionghoa, bukan pula karena saya mendukung salah satu dari dua pasangan calon lain. Kerukunan antar agama dan antar suku/ras tengah kita rajut tapi Ahok merusaknya,”
Menurut mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah tersebut Ahok bukan pemimpin yang cocok bagi masyarakat Jakarta apalagi Indonesia.
“Kiprahnya selama memimpin DKI Jakarta tidak sepi dari kelemahan-kelemahan mendasar. Dia sangat patut diduga melakukan korupsi dalam kasus RS Sumber Waras dan Reklamasi Pulau-pulau di Teluk Jakarta,” tegas Din Syamsuddin dalam pesan singkat yang diterima Panjimas, Ahad (13/11/2016).
Namun, lanjutnya, KPK tidak berdaya menyeretnya seperti menyeret para tersangka yang diduga menerima suap dalam jumlah kecil sekalipun. Sepertinya ada kekuatan besar yang membelanya, dan pihak pemangku amanat dan penentu kebijakan seperti tidak berdaya bekerja dengan hati nurani.
Oleh karenanya, ia berkesimpulan, Ahok bukanlah pemimpin yang mumpuni, apalagi bekerja untuk rakyat kecil. Dia lebih bekerja untuk para pengusaha besar (Reklamasi Teluk Jakarta untuk siapa?).
Presiden-Moderator Asian Conference of Religions for Peace (ACRP) itu juga menduga, prestasi Ahok dalam memimpin Jakarta selama ini lebih karena opini yang dibangun media-media pendukungnya yang tidak menampilkan keburukan-keburukannya.
“Apa yang dianggap sebagai keberhasilan Ahok sesungguhnya sudah dimulai sejak masa Gubernur Joko Widodo, bahkan Gubernur Fauzi Wibowo dan Sutiyoso,” imbuhnya.
Selain itu, tuturnya, Ahok adalah problem maker, bukan problem solver. Takdir Allah yang memelesetkannya dengan ujaran kebencian di Pulau Seribu yang kemudian mendorong reaksi besar adalah tanda bahwa Kekuasaan dan Keadilan Ilahi sedang menempuh jalannya. [DP]