JUBA, (Panjimas.com) – Sudan Selatan, merupakan negara termuda di dunia yang kini situasinya mengenaskan akibat perang saudara selama 3 tahun lamanya.
“Situasi Sudan Selatan kini bahkan mengarah pada genosida (pembantaian massal), jika kekerasan terus berlanjut,” demikian pernyataan penasihat khusus PBB pada bidang pencegahan genosida, hari Jumat (11/11).
“Terdapat risiko yang sangat kuat akibat kekerasan yang meningkat terkait isu etnis, dengan potensi genosida,” ujar Adam Dieng kepada para wartawan, hari Jumat (11/11/2016) setelah Ia melakukan kunjungan selama 5 hari ke negara itu, dilansir Anadolu.
Dieng menambahkan bahwa warga sipil di Sudan Selatan menjadi target dan sasaran pembunuhan etnis, ini karena bantuan media.
Media, termasuk media sosial, yang digunakan untuk menyebarkan kebencian telah mendorong polarisasi etnis, pungkasnya.
Sudan Selatan jatuh ke dalam kekacauan pada tahun 2013, ketika Presiden Salva Kiir menuduh wakil Presidennya Riek Machar merencanakan kudeta.
Konflik tersebut telah menewaskan puluhan ribu jiwa dan memaksa lebih dari 1 juta penduduk melarikan diri ke negara-negara tetangga.
Sebuah pemerintahan koalisi berusaha untuk mengakhiri perang sipil berusia 3 tahun itu, berada dalam kekacauan ketika pertempuran baru meletus pada bulan Juli antara pasukan pemerintah dan mantan pemberontak sehingga memaksa Riek Machar melarikan diri. [IZ]