JAKARTA,(Panjimas.com) – Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Persatuan Islam (PERSIS), Ustadz Jeje Zaenudin Abu Himam S.Sos.I.M.Ag beralasan terhadap penolakan undangan Presiden Jokowi terkait pasca Aksi Bela Islam II. Selain adanya kondisi Ketua umum yang sedang sakit, menurut Ustadz Jeje hal itu terkesan tebang pilih.
“Kami apresiasi upaya Presiden, Tapi kami sangat menyesalkan cara yang ditempuh Jokowi. Memberikan kesan memilah dan memilih, ini sebelumnya tidak pernah terjadi, selama ini kan berbarengan kalau diundang” kata pengasuh Radio Dakta, Bekasi pada Panjimas, kamis (10/11/2016).
Ustadz Jeje berpandangan bahwa Jokowi berusaha memecah belah persatuan Ormas Islam yang terbukti telah bersama-sama turun kejalan berdemo menuntut Ahok diadili. Kelakuan Jokowi yang berusaha menggunakan politik belah bambu sudah diperingatkan, namun diulanginya usai pertemuan dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“Ini menimbulkan kekecewaan banyak pihak, pada kondisi yang cukup panas suhu politik. Harusnya sikap Presiden jangan membuat kesan seolah ada ormas yang pro dan menyisihkan ormas yang kontra. Sejak awal sudah diingatkan pada pertemuan MUI dengan ormas Muhammadiyah dan NU” tandasnya.
Adanya Pimpinan ormas yang dimarjinalkan, semakin rakyat tidak percaya akan sikap Jokowi. PERSIS khawatir hal ini memunculkan kesan adu domba, kata dia PERSIS sengaja tidak mengirimkan perwakilan atas undangan Jokowi.
“Umat itu begitu kecewa dengan sikap Kepala Negara, dengan meninggalkan Istana. Sementara pimpinan Ormasnya diundang keistana. Kami memutuskan untuk tidak mewakilkan kepada siapapun untuk hadir, sebagai rasa empati perasaan umat dibawah” pungkas penulis buku “Amerika Diambang Kehancuran” itu. [SY]