MOSKOW, (Panjimas.com) – “Rusia siap untuk melakukan segala sesuatunya untuk mengembalikan hubungan dengan Amerika Serikat demi pertumbuhan, ujar Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Rabu (09/11), menyusul kemenangan Trump dalam pemilu Presiden AS 2016, seperti dilansir TASS News.
Putin membuat pernyataan ini pada upacara penerimaan mandat dari Duta-Duta Besar.
“Rusia siap dan ingin mengembalikan hubungan secara penuh dengan Amerika Serikat,” pungkasnya
Trump mengejutkan dunia, dengan mengalahkan capres AS yang sangat disukai Hillary Clinton dalam pemilihan presiden hari Selasa malam (08/11), kemenangan Trump ini mengakhiri delapan tahun kekuasaan partai Demokrat dan mengirimkan Amerika Serikat ke arah baru, jalan ketidakpastian, dilansir Reuters.
Di antara ketidakpastian itu adalah tentang masa depan hubungan AS dengan Rusia.
Hubungan antara Washington dan Moskow telah menjadi semakin tegang dalam konflik di Ukraina dan Suriah, bahkan baru-baru ini tuduhan serangan cyber Rusia menjadi bahasan dalam kampanye pemilu AS.
“Kami mendengar laporan dalam kampanye pemilu Presiden AS, tentang pemulihan hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat,” kata Putin pada hari Rabu (09/11) pada upacara penerimaaan mandat dari Duta-Duta Besar baru.
“Saya ulangi. Kami melanjutkan dari fakta bahwa ini akan menjadi cara yang tak mudah tapi kami siap baik untuk menutupi bagian kami dan melakukan segalanya untuk mengembalikan hubungan Rusia-AS untuk pembangunan yang stabil,” imbuhnya.
Putin mengatakan perbaikan hubungan baik antara AS-Rusia ini akan menguntungkan kedua bangsa, dan positif dalam mempengaruhi kondisi “hubungan antar negara-negara di dunia”, “mengingat tanggung jawab khusus dari Rusia dan Amerika Serikat untuk menjaga stabilitas dan keamanan global.”
Trump secara luas dipandang berhubungan dekat dengan Kremlin, Putin telah mengatakan sebelumnya bahwa rekan masa depannya [Trump] adalah karakter yang berbakat dan berwarna-warni.
Kremlin mengatakan sebelumnya pada hari Rabu (09/11), bahwa Rusia berharap koordinasi dengan Amerika Serikat selama perang di Suriah, di mana kedua negara berada dalam sisi berlawanan, dan posisi ini akan berubah di bawah presiden AS yang baru. [IZ]