SRINAGAR, (Panjimas.com) – Pemimpin pro-kemerdekaan Muslim Kashmir bertemu untuk pertama kalinya pada hari Ahad (06/11), sejak kerusuhan anti-India dimulai 4 bulan lalu di wilayah Kashmir yang disengketakan India dan Pakistan, dilansir Anadolu.
Pemimpin veteran Partai (G) Hurriyat, Syed Ali Shah Geelani bertemu dengan rekannya dari faksi (M) Hurriyat, Mirwaiz Umar, beserta dengan Ketua Front Pembebasan Jammu dan Kashmir (JKLF) Yasin Malik.
Ketiga pemimpin itu membahas tentang rencana ke depan setelah 120 hari aksi protes massa Muslim di Kashmir. Aksi protes tersebut menjadi bentrokan mematikan setelah pasukan keamanan India melancarkan perlawanan.
Pemerintah India mengizinkan ketiga pemimpin itu bertemu setelah otoritas India menghentikan upaya Umar dan Malik sebelumnya untuk mengunjungi Syed Ali Shah Geelani di rumahnya pada 2 November lalu
“Kami perlu melihat bagaimana mempertahankan gerakan ini untuk jangka waktu yang lebih lama dan pada saat yang sama mengatasi masalah-masalah yang dihadapi rakyat,” kata Umar kepada Anadolu Agency.
“Itulah yang dibahas dalam pertemuan hari ini, kami akan memperluas pembahasan dalam pertemuan berikutnya.”, ujar Mirwaiz Umar
Umar mengatakan para pemimpin masyarakat sipil akan diundang untuk berpartisipasi dalam pertemuan yang lebih besar, dan berlangsung pada 8 November.
“Kami ingin membawa massa yang telah menjadi tulang punggung fase ini, gerakan kebebasan kami [Muslim Kashmir]; para kurir, para pedagang, serikat karyawan dan banyak pihak lainnya. Kami ingin mendengar mereka dan mendiskusikan dengan mereka serta bertukar pikiran dan pendapat,” pungkas Umar.
Sementara itu, Syed Ali Shah Geelani tetap menjadi tahanan rumah pihak berwenang India, sejak sebelum kerusuhan meletus, Yasin Malik dan Mirwaiz Umar keduanya dimasukkan ke dalam penjara terpisah dan baru dibebaskan pada pekan lalu.
Menurut sumber di Kepolisian India, yang berbicara pada kondisi anonimitas, pemerintah India mengizinkan pertemuan hari ini, dengan harapan bahwa ketiga pemimpin itu akan membahas hal-hal serta menurunkan tensi ketegangan dan mempersiapkan massa mereka untuk membatalkannya [aksi protes].”
Setidaknya 90 warga sipil telah tewas dan lebih dari 10.000 lainnya menderita luka-luka akibat bentrokan dengan pasukan India dengan dalih menumpas pemberontakan, demikian menurut angka Departemen Kesehatan di kawasan itu.
Pemberontakan populer dimulai pada tanggal 8 Juli, ketika puluhan ribu rakyat turun aksi ke jalan-jalan untuk berkabung atas gugurnya seorang komandan pejuang Muslim Kashmir Burhan Muzaffar Wani berusia 21 tahun.
Sejak saat itu, Kashmir dilanda aksi protes massa selama 121 hari dan pemerintah India telah merespon dengan pemberlakuan jam malam yang ketat dan tindakan kekerasan.
Menurut rincian dari Kepolisian, lebih dari 7.000 warga sipil, termasuk aktivis hak asasi manusia, telah ditangkap karena berpartisipasi dalam demonstrasi.
Kashmir, merupakan wilayah Himalaya dengan mayoritas penduduk Muslim. Sebagaimana diketahui, Dataran Kashmir merupakan wilayah sengketa yang diklaim oleh India maupun Pakistan.
India dan Pakistan telah terlibat dalam tiga peperangan di tahun 1948, 1965, dan 1971, sejak wilayah itu terpecah di tahun 1947, dimana kemudian berdiri Republik Islam Pakistan. Sejak saat itu, kedua negara berkonflik dan bersengketa atas wilayah Kashmir.
Sejak tahun 1989, kelompok-kelompok perlawanan Kashmir di wilayah yang dikuasai India (IHK), telah berjuang melawan kekuasaan India demi kemerdekaan atau penyatuan wilayah Kashmir dengan negara Pakistan.
Lebih dari 70.000 warga Kashmir telah tewas sejauh ini dalam kekerasan disana, sebagian besar dari mereka tewas dibunuh oleh pasukan India. Untuk diketahui, pemerintah India mengerahkan lebih dari setengah juta prajurit militer di wilayah Kashmir yang dikuasai India (IHK).
Selain itu ada bagian dari wilayah Kashmir yang juga dipegang oleh China. [IZ]