JAKARTA (Panjimas.com) – Juru Bicara Front Pembela Islam (FPI) Munarman menyebut tidak ada persoalan digunakan tidaknya kata ‘pakai’ saat Ahok bicara di Kepulauan Seribu. Munarman menegaskan, substansinya tetap sama yaitu penghinaan terhadap kitab suci.
“Dibohongi (surat) Al Maidah, yang menyatakan itu artinya Al Maidah yang bohong. Kalau ‘pakai’ artinya (surat) Al Maidah itu alat untuk melakukan kebohongan. Sama saja dengan menuduh Alquran alat kebohongan, nggak ada beda sebenarnya,” ujar Munarman dalam jumpa pers Buni Yani di Wisma Kodel, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Senin (7/11/2016).
Munarman juga membela Buni Yani mengenai video berdurasi 31 detik yang diunggah di akun media sosial (medsos) miliknya. Menurutnya video pidato pada 27 September 2016 diunggah pertama kali oleh Pemprov DKI lalu diposting ulang oleh akun media NKRI.
“Jadi siapa yang upload pertama? Pemprov. Siapa yang nyuruh? ya Ahok,” sebutnya.
Karena itu Munarman meminta proses hukum harus dilakukan secara adil. Tidak boleh hanya menyasar Buni Yani sebagai target.
“Kasus Ariel, dia tidak upload tapi kenapa kena? Dipenjara dia. Tuduhannya berperan serta karena melakukan. Artinya, saya ikuti logika bodoh-bodohaan itu. Kalau Buni jadi tersangka, yang upload pertama siapa? Pemprov. Yang mengeluarkan pernyataan SARA pertama siapa? Ahok dong, harus kena dia, ikut peran serta dia,” beber Munarman.
Dia tak ingin maraknya sorotan soal Buni Yani menjadi ‘jalan’ untuk mengalihkan isu dari tuntutan atas penuntasan proses hukum laporan terhadap Ahok yang ditangani Bareskrim Polri.
“Kalo Buni ditangkap, dia (Ahok) ditangkap juga, dia berperan serta. Saya sudah tahu Buni mau jadi kambing hitam. Sebelum 4 November juga saya sudah tahu untuk pengalihan isu. Kalau mau mengalihkan isu yang gede bukan Buni tapi Munarman,” katanya.
Sementara itu, Buni Yani dalam jumpa pers yang sama mengaku tidak pernah menyebarkan kebencian terhadap Ahok. Karena itu dia mengganggap tuduhan banyak orang soal dirinya melakukan provokasi melalui media sosial, tidak tepat.
“Tidak ada kebencian yang saya sebarkan. Saya dianggap penjahat penyebar provokator. Dalam hati saya nggak ada sama sekali perasaan itu. Dari dulu saya sudah merasakan jadi minoritas,” tegas dia. [AW/detik]