JAKARTA,(Panjimas.com) – Aksi Bela Islam pada 4 November 2016, menyisakan kisah yang mungkin bagi sebagian orang akan teringat sampai mati. Aksi yang berjalan damai sejak selesai sholat Jumat sampai magrib, mendadak ricuh dengan aparat yang menghujani gas air mata dan terindikasi ditumpangi provokator.
Selepas waktu Isya aparat terus menembakkan gas air mata, akhirnya salah seorang peserta aksi pun harus menghembuskan nafas terakhir, karena sesak dengan asap gas, insyaAllah syahid.
“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim].
Abu Fara salah satu wartawan Panjimas yang ikut merekam kericuhan aksi Bela Islam 2 itu, mendadak menderita kram perut. Setelah istirahat 15 menit tidak berubah justru semakin merasa sakit, dia meminta tolong salah seorang temannya yang bernama Husni, warga Jakarta yang sebelumnya juga ikut aksi.
Oleh Husni yang membawa motor metik, Abu Fara minta diantar ke Masjid Istiqlal yang sebelumnya diantar beli obat. Pertolongan Husni bagi Abu Fara adalah bagian sikap sesama mukmin seperti satu tubuh. Karena tidak hanya ikhlas mengantar, namun Husni juga menawarkan uang untuk beli obat itu.
Kisah yang lain disampaikan Abu Mahmud, setelah mereda polisi menembakkan gas air mata, nampaknya mereka menarik pasukan anti huru haranya. Abu Mahmud istirahat di trotoar bersama temannya.
Didatangi salah satu anggota FPI Jakarta yang meminta air mineral, Abu Mahmud ditanya asal kota dan berapa rombongan yang datang. Mendapat jawaban bahwa Abu Mahmud asal dari Solo dengan rombongan 7 bus, anggota FPI yang tidak diketahui namanya tersebut menyodorkan uang 400 ribu untuk bekal kebutuhan.
Tidak hanya itu, lembaga sosial dari berbagai daerah yang sejak jumat pagi sudah tersebar dibeberapa titik rute jalur aksi, sigap menolong peserta yang kelelahan. Aksi kelompok bernama Semut Ibrahim lebih simpati dengan mengumpulkan sampah yang berceceran sepanjang jalur aksi.
Mungkin masih banyak kisah yang dialami peserta aksi, jadi sangat bohong jika aksi Bela Islam dibiiayai demi kepentingan politik. Justru karena adanya seruan Jihadul kalimah, seutama Jihad adalah perkataan yang benar kepada Pemimpin yang Dholim.
Karena adanya penistaan Al Quran sementara pemimpin terus berbuat kedholiman, maka perlu diingatkan oleh para ulama untuk berbuat adil. [SY]