AMSTERDAM, (Panjimas.com) – Pemimpin kubu oposisi Belanda, yang juga pemimpin gerakan anti-Islam, Geert Wilders menghadapi persidangan pada hari Senin lalu (31/10) karena menghasut kebencian dan melakukan tindak diskriminasi.
Persidangan ini berlangsung 18 bulan setelah Wilders memimpin nyanyian ejekan terhadap Muslim Maroko yang tinggal di Belanda, serta memanggil mereka dengan sebutan “sampah” selama Ia berkampanye dalam pemilu lokal, seperti dilansir Reuters.
Putusan Pengadilan akan diterbitkan pada bulan Desember mendatang, momen itu hanya beberapa bulan sebelum pemilihan Parlemen pada 15 Maret 2017 mendatang di mana Geert Wilders dari Partai Kebebasam (PVV) bersaing dalam perebutan kursi teratas, dengan tokoh konservatif asal Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (VVD) petahana Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, yang kini memerintah bersama koalisi politik yang rapuh dengan Partai Buruh .
Sebuah jajak pendapat yang digelar pada 27 Oktober menunjukkan Geert Wilders tertinggal dari Mark Rutte dengan selisih 2 kursi di 150 kursi legislatif. Wilders siap untuk meningkatkan elektabilitasnya lebih dari dua kali lipat jumlahnya dalam perebutan kursi di Majelis Rendah.
Wilders, yang mengatakan pada hari Jumat pekan lalu (28/10) bahwa dirinya tidak akan menghadiri persidangan dan hanya akan diwakili oleh pengacaranya, Ia menghadapi hukuman denda mencapai 7.400 € ($ 8.100) dan hukuman 1 tahun penjara karena pernyataan kontroversialnya pada awal 2014.
Menjadi Terdakwa dalam persidangan dengan tuduhan melakukan diskriminasi dan telah menghasut kebencian terhadap Muslim Maroko, Wilders menuding upaya tersebut merupakan strategi untuk melucuti hak-hakkebebasan berbicarnya, Ia juga mengatakan persidangan tersbeut bermotif politik.
Meskipun Wilders tidak pernah berada dalam pemerintahan, pandangan kontroversialnya dalam isu imigrasi dan Islam telah memicu ketegangan dalam perdebatan politik di Belanda selama satu dekade ini.
Wilders Serukan Pelarangan Al Quran, Tutup Masjid dan Sekolah Islam
Bahkan beberapa waktu lalu, Geert Wilders telah memicu perdebatan dan jajak pendapat di Belanda. Hal itu terjadi setelah Wilders menerbitkan satu halaman manifesto yang menyerukan larangan terhadap semua pencari suaka dan imigran dari negara-negara Islam, serta bagi negara yang keluar dari Uni Eropa.
Penerbitan manifesto politik miliknya telah memicu perdebatan nasional dan memecah belah masyarakat di Belanda, dan hal ini juga membuat dirinya menjadi politisi yang paling populer di negara itu.
Selain itu, Geert Wilders juga menyerukan pelarangan Al-Quran dan penutupan semua Masjid dan Sekolah-Sekolah Islam di Belanda.
Manifesto politik Wilders merupakan manifesto yang pertama diterbitkan oleh Partai politik besar menjelang pemilu untuk Majelis Rendah Parlemen Belanda yang akan diselenggarakan pada 15 Maret tahun depan.
Sikap politik garis kerasnya terutama tentang Islam dan Uni Eropa kemungkinan akan membuat sulit baginya untuk membentuk koalisi mayoritas jika Ia berhasil memenangkan pemilu.[IZ]